Yo what's up, genki desu ka
Pada kesempatan ini minzo akan berbagi mengenai praktikum kimia fisika, praktikum yang dilakukan pada semester II setelah melalui 3 praktikum pada semseter I. Mengingatnya sungguh nostalgia haha, tidur larut ngerjain laporan, matkul yang padat, menentukan jadwal asistensi, waduh kalau diingat sangat menyenangkan rutinitas seperti itu dan bersyukur bisa melewatinya. Buat yang lagi berjuang pada semester awal, jangan pernah menyerah nikmati prosesnya hehe
Setalah sebelumnya BAB Elektrolisis berikutnya adalah BAB Destilasi sistem biner, check it out...
2.1.
Tujuan
Percobaan
˗ Mendefinisikan
arti destilasi
˗ Membuat
grafik antara komposisi larutan dengan berat jenis larutan dari sistem biner
˗ Membuat
kurva antara titik didih dengan komposisi dari sistem biner.
2.2.
Tinjauan
Pustaka
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi
uap dan uap tersebut di dinginkan kembali menjadi cairan. Unit operasi
distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu larutan atau campuran dan tergantung pada distribusi
komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa air. Destilasi sederhana
atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau
lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu campuran
dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murni.
Macam-macam
destilasi:
1. Destilasi Sederhana
Destilasi sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia
untuk memisahkan dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih
yang jauh. Suatu campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk
memperoleh senyawa murni. Senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap
saat mencapai titik didih masing-masing.
Gambar 2.1. Destilasi Sederhana
2. Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)
Sama prinsipnya dengan destilasi sederhana, hanya destilasi bertingkat
ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu
memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang berdekatan.
Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama mudah menguap dapat dilakukan
dengan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah suatu proses destilasi
berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional
terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap
yang naik plat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih
atsiri (mudah menguap) sedangkan cairan yang yang kurang atsiri lebih banyak
kondensat.
Gambar 2.2.
Destilasi Fraksionasi (Bertingkat)
3. Destilasi Azeotrop
Memisahkan campuran Azeotrop (campuran dua atau lebih komponen
yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang dapat memecah ikatan Azeotrop
tersebut atau dengan menggunakan tekanan tinggi.
Gambar
2.3. Destilasi Azeotrop
4.
Destilasi Uap
Untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak
larut dalam air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair
tersebut mencapai titik didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau
mengalami reaksi pengubahan (rearranagement), maka zat cair tersebut
tidak dapat dimurnikan secara destilasi sederhana atau destilasi bertingkat,
melainkan harus didestilasi dengan destilasi uap. Destilasi uap adalah istilah
yang secara umum digunakan untuk destilasi campuran air dengan senyawa yang
tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkan uap air kedalam campuran
sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uap pada temperatur yang
lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untuk destilasi uap, labu
yang berisi senyawa yang akan dimurnikan dihubungkan dengan labu pembangkit uap
(lihat gambar alat destilasi uap). Uap air yang dialirkan ke dalam labu yang
berisi senyawa yang akan dimurnikan, dimaksudkan untuk menurunkan titik didih
senyawa tersebut, karena titik didih suatu campuran lebih rendah dari pada
titik didih komponen-komponennya.
Gambar
2.4. Destilasi Uap
5.
Destilasi Vakum
Memisahkan dua kompenen yang titik didihnya
sangat tinggi, motode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan
lebih rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam
prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
Gambar 2.5. Destilasi Vakum (Walangare, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
destilasi, yaitu:
1.
Kondisi Feed
Keadaan campuran dan komposisi feed (q) mempengaruhi garis operasi dan
jumlah stage dalam pemisahan itu juga
mempengaruhi lokasi feed tray.
2.
Kondisi Refluks
Pemisahan semakin baik jika sedikit tray yang digunakan untuk mendapatkan
tingkat pemisahan. Tray minimum
dibutuhkan di bawah kondisi total refluks,
yakni tidak ada penarikan destilat. Sebaiknya refluks berkurang, garis operasi
untuk seksi rektifikasi bergerak terhadap garis kesetimbangan.
3.
Kondisi Aliran Uap
Kondisi
aliran uap yang merugikan dapat menyebabkan:
a.
Foaming
Mengacu pada ekspansi liquid melewati
uap atau gas. Walaupun menghasilkan kontak antar fase liquid-uap yang tinggi, foaming berlebihan sering mengarah pada
terbentuknya liquid pada tray.
b.
Entrainment
Mengacu pada liquid yang terbawa uap menuju tray
di atasnya dan disebabkan laju alir uap yang tinggi menyebabkan efisiensi tray berkurang. Bahan yang sukar menguap
terbawa menuju plate yang menahan
liquid dengan bahan yang mudah menguap. Dapat mengganggu kemurnian destilat. Enterainment berlebihan dapat
menyebabkan flooding.
c.
Weeping/Dumping
Fenomena ini disebabkan aliran uap yang
rendah. Tekanan yang dihasilkan uap tidak cukup untuk menahan liquid pada tray. Karena itu liquid mulai merembes melalui perforasi.
d.
Flooding
Terjadi karena aliran uap berlebih
menyebabkan liquid terjebak pada uap di atas kolom. Peningkatan tekanan dari
uap berlebih menyebabkan kenaikan liquid yang tertahan pada plate di atasnya. Flooding ditandai dengan adanya penurunan tekanan diferensial dalam
kolom dan penurunan yang signifikan pada efisiensi pemisahan (Komariah, 2009).
Bentuk dan sumber data kesetimbangan
antara fase liquid dan fase gas
diantaranya dapat digambarkan dalam bentuk kurva kesetimbangan atau diperoleh
dengan cara eksperimen. Dua fasa dikatakan berada dalam kesetimbangan jika
temperatur, tekanan, dan potensial kimia dari masing-masing komponen yang
terlibat di kedua fasa bernilai sama. Salah satu alat yang digunakan untuk
memperoleh data kesetimbangan antara fase liquid
dan fase gas adalah Glass Othmer Still.
Adapun hal-hal yang berpengaruh dalam sistem ksetimbangannya yaitu: Tekanan
(P), Suhu (T), Konsentrasi komponen A dalam fase liquid (x) dan Konsentrasi komponen A dalam fase uap (y) (Sari,
2010).
Untuk larutan yang mengalami deviasi positif
dari hukum Raoult akan diperoleh
maksimum pada kurva P-X dilihat pada gambar (2.6).
Gambar 2.6.a. Diagram fasa P-X cair uap dengan suatu maksimum
Gambar 2.6.b. Diagram T-X untuk sistem yang sesuai dengan (a)
Campuran dengan komposisi cairan X’A pada gambar (2.6.b) jika dididihkan
akan mempunyai komposisi uap yang sama dengan cairannya. Karena penguapan tidak
mengubah komposisi cairannya, keseluruhan sampel cair akan mendidih pada suhu
konstan. Larutan yang mempunyai titik didih konstan seperti ini disebut azeotrop. Titik didih larutan azeotrop mirip dengan suatu zat murni
dan sangat berbeda dengan kebanyakan larutan dari dua cairan yang mendidih pada
rentang suhu tertentu.
Destilasi bertingkat dari larutan yang
membentuk azeotrop akan menghasilkan
pemisahan larutan menghasilkan A murni dan azeotrop
(jika XA,l > X’A) atau B murni dan azeotrop jika XA,l < X’A
Untuk larutan yang tidak membentuk azeotrop (seperti pada gambar 2.7) uap
yang berada dalam kesetimbangan dengan cairannya selalu lebih kaya dengan
komponen bertitik didih lebih rendah (lebih mudah menguap).
Gambar
2.7. Diagram fasa suhu terhadap komposisi fasa
cair-uap untuk larutan ideal
Untuk penyimpangan negatif yang cukup besar
dari hukum Raoult akan diperoleh minimum pada kurva P-XA, dan maksimum pada
kurva T-X dengan azeotrop bertitik didih maksimum pada gambar (2.8.a dan b)
(Rohman, 2000).
Gambar 2.8.a. Diagram fasa cair-uap P-X minimum
Gambar 2.8.b. Diagram T-X untuk sistem dengan suatu yang sesuai dengan (a)
Definisi larutan ideal dapat diambil sebagai pernyataan Hukum Raoult, yang bunyinya : “Tekanan uap parsial dari tiap-tiap komponen dalam larutan, sama dengan tekanan uap komponen tersebut dalam keadaan murni kali fraksi mol dalam larutan”.
2.3.
Tinjauan Bahan
A.
Aquadest
- Bau :
tidak berbau
- Bentuk :
cair
- Berat molekul :
18,02 g/mol
- Densitas :
1 g/cm3
- pH :
7
- Rumus kimia : H2O
- Titik didih :
100 oC
- Titik lebur :
0 °C
- Warna : tidak berwarna
B.
Etanol
- Bau :
berbau
- Bentuk :
cair
- Berat molekul :
46,07 g/mol
- Densitas :
0,789
g/cm3
- pH :
7
- Rumus kimia : C2H5OH
- Titik didih :
78,5 oC
- Titik lebur : -114,1 oC
- Warna : tidak berwarna
2.4. Alat
dan Bahan
A. Alat-alat yang digunakan:
˗
Beakerglass
˗
botol aquadest
˗
Erlenmeyer
˗
gelas ukur
˗
karet penghisap
˗
labu destilasi
˗
labu ukur
˗
neraca
˗
pendingin leibig
˗
piknometer
˗
pipet tetes
˗
pipet volume
˗
statif dan klem
˗
termometer
˗ Waterbath
B.
B. Bahan-bahan yang digunakan:
˗
Aquadest (H2O)
˗
etanol
(C2H5OH)
˗
es batu
2.5. Pembahasan
˗
Destilasi merupakan
suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih atau
kemudahan menguap (volatilitas). Faktor yang berpengaruh pada proses distilasi
adalah jenis bahan yang didestilasi,
temperatur, volume bahan dan waktu distilasi. Namun faktor yang paling
berpengaruh adalah temperatur. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Untuk membuat etanol 80% yaitu dengan cara mengambil 41,67 mL dari etanol 96%
kemudian tambahkan Aquadest sampai 50
mL.
˗
Pada grafik 2.1. menunjukkan bahwa semakin kecil komposisi
etanol dalam larutan maka berat jenisnya semakin mendekati berat jenis air.
Dalam hal ini hubungan komposisi etanol dan berat jenisnya berbanding terbalik
dan sesuai dengan teorinya. Hal ini dikarenakan etanol dengan komposisi 80%
memiliki berat jenis 0,847
g/cm3 lebih kecil dari berat jenis air yaitu 1 g/cm3 .
˗
Pada grafik 2.2. menunjukkan bahwa hubungan antara titik didih dengan
komposisi destilat dan residu adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi titik
didih, semakin kecil komposisi etanol dan semakin besar berat jenis larutan
tersebut. Hal ini dikarenakan titik didih air pada suhu 100 ºC dengan berat jenis 1 g/cm3 dan untuk
etanol pada suhu 30 °C dengan berat jenis destilasi 0,812
g/cm3 dan berat jenis residu 1,152 g/cm3.
2.6. Kesimpulan
˗ Destilasi merupakan
suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih atau
kemudahan menguap (volatilitas).
˗
Semakin besar komposisi etanol dalam larutan maka berat jenisnya semakin
kecil
˗ Semakin tinggi titik didih maka berat jenis larutan semakin besar.
0 Comments