Konnichiwa minna-san, genki desu ka.
so yeah, dikesempatan kali ini minzo akan berbagi mengenai laporan praktikum KA atau biasa yang dikenal dengan Kimia Analisa. Bagi mahasiswa Tekkim pastinya ga asing dengan praktikum ini hehe, kalau di kampus minzo praktikum KA dilaksanakan ketika semester 1 dan itu setelah praktikum mikrobiologi industri. Semoga dapat memberi gambaran yaaaa
3.1. Tujuan Percobaan
- Menentukan jenis kation pada sampel/garam
- Menentukan jenis anion pada
sampel/garam.
3.2. Tinjauan Pustaka
Kimia
analitik dapat dibagi menjadi bidang-bidang yang disebut analisa kualitatif dan
analisa kuantutatif. Analisa kualitatif menyangkut identifikasi zat. Mengenai
unsur atau senyawa apa yang ada didalam suatu contoh. Analisa kuantitatif
mengenai penentuan berapa zat tertentu ada didalam suatu contoh. Zat yang
ditentukan sering ditunjuk sebagai zat yang diinginkan atau analit, dapat terdiri
dari sebagian kecil atau besar dari sebagian kecil dari contoh yang dianalisa.
Jika analit terdiri lebih dari sekitar 1% dari contoh, ia dianggap sebagai konstituen
utama. Ia dianggap sebagai konstituen kurang penting apabila berjumlah sekitar
0,01 sampai 1% dari contoh. Akhirnya suatu zat yang ada dengan jumlah kurang
dari 0,01% dianggap sebagai konstituen jejak atau rumit (Underwood, 1981).
Analisis
kuantitatif dapat diklasifikasikan dengan dasar perbedaan metode analisis atau
diklasifikasikan dengan dasar sakala analisisnya. Metode analisis kuantitatif
dapat diklasifikasikan sebagai makro, semimikro, dan mikro tergantung pada
banyak sedikitnya sampel (Khopkar, 1984).
Analisis
kualitatif menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam
larutan.
1.
Reaksi kering
Sejumlah uji
yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan
contoh.
-
Pemanasan
-
Uji pipa-tiup
-
Uji nyala
-
Uji spektroskopi
-
Uji manik boraks dan manik fosfat
2.
Reaksi basah
Uji-uji ini
dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung (a) dengan terbentuknya endapan, (b) dengan pembebasan gas, (c) dengan perubahan warna.
-
Tabung reaksi
-
Gelas piala
- Labu Erlenmeyer
-
Batang pengaduk
-
Botol cuci
-
Pengendapan
-
Pengendapan dengan hidrogen sulfida
-
Penyaringan
-
Melepaskan endapan dari kertas saring
-
Membantu penyaringan (Vogel, 1985)
Analisis suatu larutan dapat
digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu golongan I asam klorida, golongan II hidrogen sulfida, golongan III ammonium sulfida dan golongan IV ammonium klorida dan golongan V adalah sisa. Dalam metode analisis kualitatif
digunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk
mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan. Regensia golongan
yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida,
hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini
dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam
anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang
kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan. Golongan I disebut
juga dengan golongan asam klorida. Kation golongan ini membentuk endapan dengan
asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. (PbCl2, HgCl2,
AgCl) (Wikipedia, 2014).
A.
Kation golongan I
Pereaksi
golongan: asam klorida encer (2M)
Reaksi golongan: endapan putih timbel klorida,
PbCl2, merkurium (I) klorida Hg2Cl2, dan perak klorida AgCl.
Kation
golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel
klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tak pernah mengendap
dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada sutu cuplikan; ion
timbel yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam
bersama-sama kation golongan kedua.
Nitrat dari
kation-kation ini sangat mudah larut. Diatara sulfat-sulfat, timbel sulfat paraktis
tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium
(I) sulfat terletak diantara kedua zat diatas. Bromida dan iodida juga tidak
larut, sedangkan pengendapan timbel halida tidak sempurna, dan endapan itu
mudah sekali melarut alam air panas (Vogel, 1985).
B.
Kation golongan II
Kation-kation
golongan II menurut tradisi dibagi dua sub golongan: sub golongan tembaga dan
sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida
dalam amonium polisulfida. Sementara sulfida dari golongan tembaga tidak larut
dalam regansia ini, sulfida dari sub group arsenik melarut dengan membentuk
garam tio. Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter yaitu oksidanya membentuk garam
baik dengan asam maupun dengan basa. Melarutnya sulfida dalam amonium sulfida
dapat dianggap sebagai pembentukan garam tio dari asam tio anhidrat. Jadi,
melarutnya arsenik (III) sulfida asam tio anhidrat mengakibatkan terbentuknya
ion-ion amonium dan tioasenit (amonium tioarsenit adalah suatu garam tio).
Sub golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbel (II), bismut (III), tembaga (II), dan kadmium (II). Meskipun bagian terbesar ion timbel (II) diendapkan dengan asam klorida encer bersama ion-ion lain dari golongan I, pengendapan ini agak kurang sempurna, disebabkan oleh kelarutan timbel (II) klorida yang relatif tinggi. Maka dalam pengajaran analisis sistematik, ion-ion timbel masih tetap ada. Sub golongan arsenik terdiri dari ion arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah (II) dan timah (IV). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter: oksidanya membentuk garam baik dengan asam maupun dengan basa. Jadi, arsenik (III) oksidanya dapat dilarutkan dalam asam klorida (6 M), dan terbentuk kation arsenik (III): (Vogel, 1985).
As2O3
+ 6HCl → 2 As3+ + 6
Cl- + 3H2O
-
Reaksi-reaksi spesifik dari ion tembaga
Asam sulfida.: ion tembaga dengan hidrogen
sulfida membentuk endapan CuS yang berwarna hitam, reaksi yang terjadi sbb:
Cu2+
+ H2S → CuS↓ + 2 H+
CuS
tidak larut dalam asam,basa dan tidak seperti sulfida lainnya, tetapi larut dengan HNO3 6 M panas dengan reaksi
sbb:
3CuS ↓ + 2NO3-
+ 8 H+ 3 → Cu2+
+ 2NO + 3 S ↓ + 4H2O
Natrium hidroksida: dengan reagent ini
dihasilkan endapan biru terang dari Cu(OH)2 dan bila dilarutkan
dengan NaOH yang pekat dapat membentuk larutan kompleks dari Cu(OH)42-.
Ammonia: penambahan amonia pada endapan
Cu(OH)2 akan menghasilkan larutan biru gelap dari ion kompleks tembaga(II):
Cu(OH)2 ↓ + 4 NH3 → Cu(NH3)42+ + 2OH-
Kalium ferosianida: dengan hadirnya reagensia
ini, menghasilkan endapan merah coklat dari Cu2[Fe(CN)6] 2
Cu2+
+ [Fe(CN)6]4- → Cu2[Fe(CN)6]
Kalium Iodida:
Bila larutan ini ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion tembaga, maka
reaksi redoks akan terjadi, membentuk warna coklat dari I2 dan
endapan putih dari tembaga jodida 2 Cu2+ + 4 I- → 2CuI ↓ + I2 Pengoksidasi dan pereduksi:
ion kupri sangat mudah direduksi menjadi ion logam, seperti halnya ion besi dan
seng. Juga dapat direduksi dengan hidrosulfit atau ion dithionit, S2O42-,
lebih dahulu menjadi kupro selanjutnya menjadi logam tembaga
Cu2+ + S2O42- + 4H2O → Cu + 2SO32- + 2 NO ↑ + 4 H+
-
Reaksi-reaksi spesifik dari ion Bismut
Hidrogen Sulfida: Bismut dengan H2S
membentuk endapan berwarna coklat gelap dan tidak larut dalam asam dan basa
dalam suasana dingin, tetapi dalam HNO3 6M panas dan 12 M HCl dapat
larut. Juga tidak larut di dalam larutan NaOH.
Air: Jika
larutan garam bismut ditambahkan air dalam air: Jika larutan garam bismut
ditambahkan air dalam jumlah yang besar maka akan terjadi endapan putih dari
garam bismut.
Bi3+
+ Cl- → BiOCl ↓ + 2 H+
Natrium Hidroksida dan amonia: Dengan larutan
basa dihasilkan endapan bismut hidroksida, yang mana endapan ini tidak larut
dengan kelebihan reagen.Hidroksida ini larut dengan asam kuat yang pekat. Pengoksidasi
dan pereduksi: ion bismut dapat direduksi menjadi logam dengan larutan Sn2+.
Reaksi yang terjadi adalah sbb:
2 Bi3+
+ 3 Sn2+ → 2 Bi + 3 Sn4+
Akan
tetapi dalam larutan basa, Bi(III) dengan kelebihan hidroksi dan adanya Sn2+ dan Sn4+ akan membentuk kompleks
Sn(OH)42- dan Sn(OH)62-
2 Bi(OH)3
+
3 Sn(OH)42- → 2 Bi ↓ + 3 Sn(OH)62-
Terbentuknya logam bismut yang berwarna hitam
sering sekali digunakan untuk menentukan adanya bismut. Bismut larut di dalam
HNO3 6 M panas dan 18 M H2SO4 panas.
-
Reaksi-reaksi spesifik dari ion Merkuri
Asam sulfida: dengan adanya H2S, Hg2+
akan membentuk endapan hitam dari HgS . Dengan 6 M HNO3 panas atau 6
M HCl panas, HgS tidak dipengaruhi, akan tetapi akan membentuk kompleks HgS22-
di dalam NaOH 6 M panas. Merkuri sulfida juga larut di dalam air raja.
HgS ↓ + 12 Cl-
+ 2 NO3- + 8 H+ → 3 HgCl42- + 2
NO ↑ + 3 S ↓ +
4 H2O
Natium Hidroksida: Dengan reagensia ini
diperoleh endapan kuning dari HgO, yang tidak larut dengan kelebihan basa,
tetapi dengan kelebihan asam larut.
Kalium Iodida: Ion Hg2+ bereaksi
dengan ion Iodida menghasilkan endapan menghasilkan endapan merah dari HgI2,
yang larut dengan mudah dengan kelebihan reagen membentuk ion kompleks HgI42-
yang tidak berwarna.
-
Reaksi-reaksi spesifik dari ion Kadmium
Asam Sulfida: Dengan H2S membentuk
endapan kuning dari CdS. Sulfida ini sangat cepat larut dengan larutan klorida,
bromida dan iodida membentuk kompleks. Sulfida ini juga larut di dalam HNO3
6 M panas dan 6M H2SO4 panas CdS+ 2 H+
↔ Cd2+ + H2S. CdS tidak
larut di dalam larutan NaOH Natrium hidroksida: endapan putih dari Cd(OH)2
akan dihasilkan yang tidak larut dengan kelebihan reagensia.
Amonia: mula-mula dihasilkan endapan Cd(OH)2,
yang akan larut dengan kelebihan amonia membentuk ion kompleks Cd(NH3)42+
yang tidak berwarna.
Pengoksidasi dan pereduksi: logam kadmium adalah pereduksi yang baik.Dengan menggunakan
6 M HNO3 panas, kadmium juga larut dengan lambat di dalam HCl dan H2SO4.
-
Reaksi-reaksi spesifik dari ion Sn(II) dan
Sn(IV)
Asam sulfida:dengan H2S membentuk
endapan coklat dari SnS dan endapan kuning dari SnS2. Dengan NaOH
yang mengandung ion S2-, endapan ini larut, dengan larutan HCl akan
membentuk ion kompleks kloro dan hidrokso.
Sn(IV) membentuk kompleks oksalat yang stabil
SnS2 tidak larut di dalam NaOH, tetapi larut di dalam 6 M HCl,
membentuk ion kompleks SnCl42-.
Natrium hidroksida: dengan reagensia ini
dihasilkan endapan putih Sn(OH)2 atau Sn(OH)4 dari
larutan Sn(II) dan Sn(IV). Kedua senyawa ini dengan cepat larut membentuk
kompleks Sn(OH)42- dan Sn(OH)62- dengankelebihan
reagen.
Amonia: dalam NH3 dibentuk
hidroksida yang putih yang tidak larut dengan kelebihan reagen.
-
Reaksi-reaksi spesifik dari ion Sb(III) dan
Sb(V)
Asam sulfida: Dibawah kondisi asam sedang, H2S
aion Sb(III) dan Sb(V) akan membentuk endapan merah oranye dari Sb2S3
dan Sb2S5. Sulfida ini larut di dalam NaOH panas dan HCl
6 M panas, karena membentuk kompleks hidokso dan kloro yang stabil.
Air: Larutan
Sb(III)klorida di dalam HCl membentuk garam SnOCl putih yang tidak larut, bila
ditambahkan air berlebih.Reaksi ini mirip dengan apa yang diperlihatkan oleh
larutan garam bismut. Untuk membedakan keduanya adalah dengan menggunakan asam
tartarat, garam bismut tidak larut sedangkan antimon larut.
Amonia: dihasilkan endapan garam basa dengan
larutan antimon, garam ini tidak larut dengan kelebihan NH3, akan
tetapi larut di dalam asam atau basa kuat (Jurnal,2013)
C.
Kation golongan III
Reaksi
golongan: endapan-endapan dengan berbagai warna: besi(II) sulfida, (hitam),
alumanium hidroksida (putih), kromium (III) hidroksida (hijau), nikel sulfida
(hitam), kobalt sulfida (hitam), mangan(II) sulfida (merah jambu), dan zink
sulfida (putih).
Logam-logam
golongan ini tidak diendapkan oleh reagansia golongan untuk golongan I dan II,
tetapi semuanya diendapkan dengan adanya amonium klorida, oleh hidrogen sulfida
dari larutan yang telah dijadikan basa dengan larutan amonia. Logam-logam ini
diendapkan sebagai sulfida, kecuali alumanium dan kromium, yang diendapkan
sebagai hidroksida, karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan
air. Besi, alumanium, dan kromium (sering disertai sedikit mangan) juga
diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya amonium
klorida, sedang logam-logam lain dari golongan ini tetap berada dalam larutan
dan dapat diendapkan sebagai sulfida oelh hidrogen sulfida. Maka golonan ini
biasa dibagi menjadi golongan besi (besi, alumanium, dan kromium) atau golongan
IIIA, dan golongan zink (nikel, kobalt, mangan, dan zink) tau golongan IIIB.
D.
Kation golongan IV
Barium,
strontium, dan kalsium. Kation-kation golongan ke-empat , tidak beraksi dengan
asam klorida, hidrogen sulfida ataupun amonium sulfida; tetapi amonium karbonat
(jika ada amonia atau ion amonium dalam jumlah yang sedang) membentuk
endapan-endapan putih. Uji ini harus
dijalankan dalam larutan netral atau basa. Jika tak ada amonia atau ion
amonium, magnesium juga akan mengendap. Endapan-endapan putih yang terbentuk
dengan reagensia golongan adalah: barium karbonat BaCO3, strontium
karbonat SrCO3, dan kalsium karbonat CaCO3.
E.
Kation golongan V
Magnesium, natrium, kalium dan amonium. Kation katio golongan kelima tidak bereaksi dengan asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida atau (jika ada serta garam-garam amonium) dengan amonium karbonat. Reaksi-reaksi khusus dari uji atau uji-uji nyala dapat dipaai untuk mengidentifikasi ion-ion ini. Dari kation-kation golongan ini, magnesium memperlihatkan reaksi-reaksi yang sempurna dengan reaksi dari kation kation dalam golongan ke empat (Vogel, 1985).
Dalam analisis
kualitatif ini, anion dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. golongan
sulfat : SO42-; CO32-; PO43-,
CrO42-, C2O42-, SO32-
2. golongan
klorida : Cl-, Br -, I-, SCN-, S2-
3. golongan
nitrat : NO3-, NO2-, ClO3-, C2H3O2-
(Http: Jurnal sains indonesia.UNIMA)
3.3. Alat dan Bahan
A.
Alat yang digunakan B.
Bahan yang digunakan
-
kaca arloji -
Aquadest (H2O)
-
Beakerglass -
amonium hidroksida (NH4OH)
-
pipet tetes - asam
sulfat (H2SO4)
-
pembakar spirtus -
tembaga sulfat (CuSO4)
-
rak tabung -
amonium klorida (NH4Cl)
-
tabung reaksi - asam
klorida (HCl)
-
penjepit - hidrogen
sulfida (H2S)
- asam
nitrat(HNO3)
- potasium
heksasianosferat (K4(Fe(CN)6)
3.4. Kesimpulan
- Pada garam I
terdapat kation Cu2+yang merupakan kation golongan IIA (tembaga),
sedangkan pada garam II terdapat NH4+ yang merupakan golongan sisa
(V).
- Pada garam I terdapat anion Cl-
merupakan anion golongan halida, sedangkan pada garam II terdapat anion SO42-
yang merupakan anion golongan sulfat.
itu saja yang dapat minzo berikan semoga bermanfaat, jika ada yang ingin ditanyakan tidak perlu sungkan hehe, stay safe and healthy
0 Comments