Konnichiwa minna-san, genki desu ka.
so yeah, dikesempatan kali ini minzo akan berbagi mengenai laporan praktikum KA atau biasa yang dikenal dengan Kimia Analisa. Bagi mahasiswa Tekkim pastinya ga asing dengan praktikum ini hehe, kalau di kampus minzo praktikum KA dilaksanakan ketika semester 1 dan itu setelah praktikum mikrobiologi industri. Semoga dapat memberi gambaran yaaaa
4.1.
Tujuan
Percobaan
-
Membuat larutan standard
dalam iodometri
-
Standardisasi larutan
natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikromat
-
Menggunakan larutan
standard natrium tiosulfat untuk penetapan kadar tembaga dalam garam tembaga
sulfat pentahidrat.
4.2.
Tinjauan
Pustaka
Iodometri adalah suatu proses analitis tak
langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat
pengoksida, sehingga membebaskan ion, yang kemudian dititrasi dengan natrium
tiosulfat (Underwood, 1986).
Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan
tepat sama dengan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang
dianalisis disebut sebagai titik ekuivalen. Sedangkan volume dimana perubahan
warna indikator tampak oleh pengamat merupakan titik akhir (Khopkar, 2010).
Semua
perhitungan didasarkan pada konsentrasi titran sehingga konsentrasi titran
harus dibuat secara teliti. Titran semacam ini disebut dengan larutan baku
(standar). Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan normalitas, molaritas,
atau bobot per volume. Suatu larutan standar dapat dibuat dengan cara
melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut
ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang diukur dengan tepat (Gandjar
dan Rohma, 2007).
Larutan standar ada dua macam yaitu larutan
baku primer dan larutan baku sekunder:
-
Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
-
Larutan baku sekunder
Larutan
suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal
dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri
(Wikipedia, 2014).
Larutan
baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi. Larutan baku sekunder harus
dibakukan dengan larutan primer. Suatu proses yang mana larutan baku sekunder
dibakukan dengan larutan baku primer disebut standarisasi.
Titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan
elektron antara titran dengan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan
potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan
indikator yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga
sering digunakan (Gandjar dan
Rohma, 2007). Titrasi yang melibatkan iodium:
-
Cara langsung (Iodimetri)
Iodium
digunakan sebagai pereaksi oksidasi (Iodimetri). Zat-zat lebih penting yang
merupakan pereduksi reduksi cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium adalah tiosulfat, arsenat (III), antimon (III), sulfida, sulfit,
timah-putih (II), dan ferosianida. Tenaga reduksi beberapa zat ini tergantung
pada konsentrasi ion hidrogen dan hanya dengan mengatur pH yang sesuai, reaksi
dengan iodium dibuat kuantitatif. Sistem
redoks iodium:
I3- (s) + 2e → 3I-
(tri iodida) (iodida)
-
Cara tidak langsung
(iodometri)
Ion iodida digunakan sebagai pereduksi reduksi (Iodometri). Banyak pereaksi oksidasi kuat dapat dianalisa dengan penambahan kalium iodida dan dengan titrasi iodium yang dibebaskan. Karena banyak pereaksi oksidasi memerlukan larutan berasam untuk reaksi dengan iodida, natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titran.
Beberapa
tindakan pencegahan harus diambil dalam mengenai larutan kalium iodida untuk
menghindari kesalahan. Misalnya ion iodida dioksidasi oleh oksigen dari udara
4H+
+ 4I- + O2 → 2I2 + 2H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan netral,
tetapi lebih cepat dalam larutan berasam dan dipercepat oleh cahaya matahari.
Setelah penambahan kalium iodida pada larutan berasam dari suatu pereaksi
oksidasi, larutan harus tidak dibiarkan untuk waktu yang lama berhubungan
dengan udara, karena iodium tambahan
akan terbentuk oleh reaksi yang terdahulu. Nitrit harus tidak ada, karena akan
direduksikan oleh ion iodida menjadi nitrogen (II) oksidasi yang selanjutnya
dioksidasi kembali menjadi nitrit oleh oksigen dari udara:
2HNO2
+ 2H+ + 2I- →
2NO + I2 + 2H2O
4NO + O2
+ 2H2O → 4HNO2
Kalium iodida harus bebas iodat karena
kedua zat ini bereaksi dalam larutan
berasam untuk membebaskan iodium:
IO3- + 5I-
+ 6H+ → 3I2
+ 3H2O
Larutan
standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natrium
tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Iodium mengoksidasi tiosulfat menjadi ion
tetrationat:
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Reaksinya
cepat berlangsung sempurna dan tidak ada reaksi sampingan. Berat ekivalen Na2S2O3.5H2O
adalah bobot molekularnya 248,17, karena satu elektron hilang per molekulnya.
Jika pH larutan diatas 9, tiosulfat dioksidasi sebagian menjadi sulfat:
4I2 + S2O32
+ 5H2O → 8I-
+ 2SO42- + 10H+
Dalam
larutan yang netral atau sedikit alkalis, oksidasi menjadi sulfat tidak
terjadi, teristimewa jika iodium dipakai sebagai titran. Banyak pereaksi
oksidasi kuat, seperti permanganat, dikromat, dan garam serium (IV),
mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, tetapi reaksinya tidak kuantitatif.
Standarisasi
larutan tiosulfat
Sejumlah
zat padat digunakan sebagai standar primer untuk larutan tiosulfat. Iodium
murni merupakan standar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena
kesukaran dalam penanganan dan penimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi
oksidasi yang membebaskan iodium dari iodida, suatu proses iodometrik.
Kalium
dikromat dapat diperoleh dalam derajat kemurnian yang tinggi. Reaksi dengan iodida
dilaksanakan dalam asam 0,2 sampai 0,4 M
Cr2O72-
+ 6I- + 14H+ → 2Cr3+ + 3I2 + 7H2O
Berat
ekivalen kalium dikromat adalah seperenam bobot molekularnya, atau 49,03 g/ek.
Pada konsentrasi berasam yang lebih besar dari 0,4 M, oksidasi oleh udara dari
kalium iodida menjadi nyata. Untuk memperoleh hasil yang terbaik, sebagian
kecil natrium bikarbonat atau CO2 padat ditambahkan kepada botol
titrasi. CO2 yang dihasilkan mengusir udara, yang kemudian campuran
dibiarkan hingga reaksi sempurna.
Larutan
kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat diperlambat dengan
jalan sterilisasi atau penambahan zat pengawet. Hasil-hasil peruraian memakai
iodium dan berubah menjadi kemerah-merahan. Merkuri (II) iodida, asam borat atau
asam furoat dapat digunakan sebagai bahan pengawet. Keadaan-keadaan yang
menyebabkan hidrolisa atau koagulasi dari kanji harus dihindarkan. Kepekaan indikator
berkurang dengan kenaikan suhu dan oleh beberapa bahan organik, seperti metil
dan etil alkohol (Underwood, 1994).
Reaksi redoks adalah
suatu reaksi kimia dimana suatu elektron-elektron dihilangkan oleh reaktan yang
satu dan didapat oleh reaktan yang lain. Pada awalnya para ahli kimia meninjau
reaksi redoks hanya dari konsep reaksi dengan oksigen. Oksidasi reduksi yaitu
penggabungan dan pelepasan oksigen. Jika zat itu melepaskan oksigen, zat itu
mengalami reduksi dan reaksinya disebut reaksi reduksi. Namun jika zat itu
menerima oksigen maka zat itu mengalami oksidasi dan reaksinya disebut reaksi
oksidasi. Kini reaksi redoks telah mengalami perkmbangan yaitu ditinjau
dari perpindahan elektron dan perubahan
bilangan oksidasi (Zahroh, 2008).
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak tepat sama dengan titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran, indikator bereaksi dengan analit, atau indikator bereaksi dengan titran, diatasi dengan titrasi larutan blanko. Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali analit. Untuk mengetahui titik ekivalen secara eksperimen biasanya dibuat kurva titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log[H+] atau –log [X-] atau –log [Ag+] atau E (volt) terhadap volume (Padmaningrum, 2008).
Fungsi dari setiap bahan yang digunakan:
- Amilum, digunakan sebagai indikator karena warna biru gelap dari kompleks iodin amilum bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin (Alfiany dkk, 2013)
-
Natrium Tiosulfat (Na2SO4),
digunakan sebagai titran (Padmaningrum,
2008)
- Kalium
Iodida (KI), digunakan sebagai untuk mendapatkan warna titik akhir yang tepat
(Khopkar, 2010)
- Kalium
Dikromat (K2Cr2O7), digunakan sebagai pereaksi
oksidasi cukup kuat
- Tembaga
Sulfat (CuSO4.5H2O), digunakan sebagai standar primer
untuk natrium tiosulfat (Underwood, 1994).
Aplikasi iodometri dalam
analisis vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat adalah asam
karboksilat yang dapat mengalami reaksi oksidasi. Vitamin C ini dapat breaksi
dengan larutan iodin (I2), yang akan mengubah I2 menjadi
ion iodida (I-) sehingga iodin mengalami reduksi atau berperan
sebagai oksidator. Meskipun telah terjadi perubahan warna dari cokelat menjadi
kuning dan akhirnya tidak berwarna, namun tetap diperlukan indikator amilum agar
perubahan warna dapat diamati secara jelas. Hal ini untuk menghindari
terjadinya kesalahan titrasi (Padmaningrum, 2008).
4.3.
Tinjauan Bahan
A.
Aquadest
- Rumus
Molekul :
H2O
- Berat
Molekul :
18,02 g/mol
- Bentuk :
cairan jernih
- Bau : tidak berbau
- pH : 7 (netral)
- Titik
didih : 100
oC
- Warna :
tidak berwarna
B.
Asam Klorida
- Rumus
Molekul :
HCl
- Berat
Molekul :
36,46 g/mol
- Bentuk :
cairan
- Bau : tajam
- pH : <1
- titik
didih : 53 oC
- Warna :
tidak berwarna
C.
Natrium Tiosulfat
Pentahidrat
- Rumus
Molekul :
Na2S2O3.5H2O
- Berat
Molekul :
248,19 g/mol
- Bentuk :
padat
- Bau : tidak berbau
- pH : 6,0-8,4
- Titik
didih : >100°C
- Warna :
putih
D.
Kalium Iodida
- Rumus
Molekul :
KI
- Berat
Molekul :
166 g/mol
- Bentuk :
padat
- Bau : tidak berbau
- pH : -
- Titik
didih :
1330 oC
- Warna :
putih
E.
Kalium Dikromat
- Rumus
Molekul :
K2Cr2O7
- Berat
Molekul : 294,19 g/mol
- Bentuk :
cairan
- Bau : tidak berbau
- pH : 3,8
- Titik
didih :
>500 oC
- Warna :
orange
F.
Tembaga Sulfat
Pentahidrat
- Rumus
molekul : CuSO4.5H2O
-
Berat Molekul : 249,69 g/mol
-
Bentuk : padat
-
Bau : tak berbau
-
pH : 3,5–4,5 pada 20 °C, 25 g/L
- Titik Didih : 150 ºC
- Warna : putih
4.4.
Alat dan Bahan
A.
Alat-alat yang
digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
-
batang pengaduk - asam
klorida (HCl)
-
Beakerglass - Aquadest (H2O)
-
buret - indikator
amilum (C6H18O5)
-
botol Aquadest - kalium
dikromat (K2Cr2O7)
-
corong kaca - kalium
iodida (KI)
-
Erlenmeyer - natrium
tiosulfat (Na2S2O3.5H2O)
-
gelas arloji - tembaga sulfat pentahidrat
-
labu ukur (CuSO4.5H2O)
-
pipet ball
-
pipet tetes
-
pipet volume
- statif dan klem.
4.5.
Pembahasan
A.
Preparasi Larutan
- Membuat larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N sebanyak 250 mL dengan
menimbang 6,2 gram Natrium Tiosulfat. Aquadest yang digunakan harus
dalam keadaan sudah dididihkan terlebih dahulu agar bakteri yang terdapat dalam
Aquadest. Lalu memasukkan Natrium
Tiosulfat yang telah ditimbang ke dalam Erlenmeyer
250 mL, kemudian melarutkan dengan Aquadest
yang telah dididihkan.
- Membuat larutan Kalium Dikromat 0,1 N sebanyak 50 mL dengan
menimbang 0,24 gram Kalium Dikromat. Lalu memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL, kemudian melarutkan
dengan Aquadest. Saat membuat larutan
ini tidak boleh terkena cahaya karena akan merusak larutan Kalium Dikromat atau
teroksidasi, maka simpan larutan Kalium
Dikromat ditempat yang gelap.
- Membuat larutan Kalium Iodida 0,1 N
sebanyak 100
mL dengan menimbang 1,66
gram Kalium Iodida. Lalu memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mL, kemudian melarutkan
dengan Aquadest. Saat membuat larutan
ini tidak boleh terkena cahaya karena sangat peka terhadap cahaya maka
tempatkan Kalium Iodida di tempat yang gelap agar tidak terkena cahaya secara
langsung.
-
Membuat HCl 10% sebanyak 50 mL dengan
memipet 15,625
mL HCl 32%., lalu memasukkan kedalam
Erlenmeyer 50 mL, kemudian melarutkan
dengan Aquadest. HCl dibutuhkan untuk mempertahankan suasana asam.
- Membuat larutan Tembaga
Sulfat 0,2 N sebanyak 100 mL dengan menimbang 2,49 gram Tembaga Sulfat. Lalu memasukkan
kedalam Erlenmeyer 50 mL, kemudian melarutkan
dengan Aquadest. Pada proses ini Tembaga Sulfat berfungsi
sebagai oksidator.
B. Standarisasi
larutan Natrium Tiosulfat dengan larutan Kalium Dikromat
- Pada standarisasi larutan
Natrium Tiosulfat dengan Kalium Dikromat 0,1 N, kemudian memipet 10 mL larutan Kalium
Dikromat dimasukkan kedalam Erlenmeyer
dan 25 mL Aquadest dan di tambahkan
15 mL HCl 10% mengocok hingga homogen lalu ditambahkan 15 mL larutan KI
kemudian membentuk larutan berwarna coklat tua. Kemudian melakukan titrasi
dengan larutan baku sekunder Natrium Tiosulfat Pentahidrat sampai warna kuning
muda, kemudian. menambahkan amilum bertujuan
untuk indikator dengan menitrasi kembali sampai berubah warna menjadi biru muda.
-
Hasil titrasi Natrium
Tiosulfat dengan Kalium Dikromat didapatkan volume rata-rata sebanyak 10,95 mL
sehingga didapatkan normalitas Natrium Tiosulfat Pentahidrat sebesar 0,09132 N.
C. Menetapkan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat
pentahidrat
- Menetukan kadar Tembaga dengan memipet 10 ml larutan Tembaga Sulfat 0,2 N dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian menambahkan 15 mL karutan Kalium Iodida 0,1 N dan mengocok hingga homogen. Kemudian dilakukan titrasi dengan Natrium Tiosulfat hingga berwarna kuning muda, setelah itu ditambahkan indikator amilum. Penambahan amilum berfungsi sebagai indikator. Pada saat ditambahkan amilum, I2 pada hasil titrasi bereaksi dengan amilum dengan terbentuknya warna putih susu pada akhir titrasi. Dalam penentuan kadar tembaga dalam garam Tembaga Sulfat Pentahidrat 0,2 N diperoleh sebanyak 12,796%.
4.6. Kesimpulan
- Pembuatan larutan standar dalam iodometri ada dua, larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer Kalium Dikromat (K2Cr2O7),. Sedangkan larutan standar sekunder yaitu Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O).
- Standardisasi larutan Natrium Tiosulfat dengan larutan Kalium Dikromat bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan Natrium Tiosulfat. Maka volume rata-rata Natrium Tiosulfat yaitu 10,95 mL sehingga didapatkan normalitas Natrium Tiosulfat sebesar 0,09132 N
- Pada penetapan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat, didapatkan volume natrium tiosulfat yaitu 9,9 mL sehingga didapatkan kadar Cu2+ sebesar 24,19%.
0 Comments