Konnichiwa minna-san, genki desu ka.
so yeah, dikesempatan kali ini minzo akan berbagi mengenai laporan praktikum KA atau biasa yang dikenal dengan Kimia Analisa. Bagi mahasiswa Tekkim pastinya ga asing dengan praktikum ini hehe, kalau di kampus minzo praktikum KA dilaksanakan ketika semester 1 dan itu setelah praktikum mikrobiologi industri. Semoga dapat memberi gambaran yaaaa
9.1.
Tujuan
Praktikum
Untuk menentukan reaksi stoikiometri
9.2.
Tinjauan
Pustaka
Bidang
kimia yang mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu senyawa atau reaksi
disebut stoikiometri (bahasa Yunani: stoicheon
= unsur, metrain = mengukur).
Maka stoikiometri adalah perhitungan kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif
zat yang terlibat dalam reaksi (Syukri, 1999).
Karena
larutan-larutan dalam air demikian umum dipakai pada banyak bidang analisa
kuantitatif, maka digunakan untuk menyatakan jumlah solut di dalam larutan dan
perhitungan stoikiometri yang mengenai larutan (Underwood, 1994).
Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia:
a. Hukum Kekekalan Massa
Lavoisier (1743-1794)
menyatakan bahwa: Pada setiap reaksi kimia, jumlah massa zat-zat sebelum reaksi
akan sama dengan jumlah zat-zat setelah reaksi atau dengan kata lain jumlah
massa zat-zat yang direaksikan sama dengan jumlah zat-zat hasil reaksi.
b. Hukum Ketetapan Perbandingan
Proust (1799)
melakukan penelitian kuantitatif terhadap perbandingan berat reaksi kimia baik
dengan jalan sintesa (penggabungan) maupun analisa (penguraian), dan hasilnya:
Pada setiap reaksi kimia perbandingan massa zat-zat yang bereaksi selalu tetap
dan dalam setiap senyawa kimia perbandingan massa unsur-unsur pembentuknya
selalu tetap dan tertentu.
c. Hukum Perbandingan Berganda
Dalton (1779-1848) meneliti bahwa ikatan-ikatan kimia yang berbeda-beda tetapi memiliki susunan yang sama tentang unsur-unsurnya, atau bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, maka perbandingan massa dari unsur yang satu, yang bersenyawa dengan sejumlah tertentu unsur lain, merupakan bilangan yang mudah dan bulat.
d. Hukum Perbandingan Setara
Bila
suatu unsur bergabung dengan suatu unsur lain maka perbandingan berat dari
kedua unsur tersebut adalah sebagai perbandingan berat ekivalennya (berat atom
dibagi valensinya atau suatu kelipatan sederhana dari padanya).
e. Hukum Avogadro
Untuk setiap
gas ideal (apa saja), pada tekanan 1 atm dan temperatur 0 oC, dalam
setiap 1 mol volumenya 22,4 liter.
Pada kondisi temperatur dan
tekanan (t,p) yang sama, volume yang sama mengandung jumlah molekul yang sama.
f. Hukum Gay Lussac
Pada kondisi
temperatur dan tekanan (t,p) yang sama,
perbandingan volume gas-gas pereaksi dan gas-gas hasil reaksi merupakan
bilangan yang bulat dan mudah (Sunjaya,1982).
John Dalton
(1807) merumuskan pernyataan yang disebut Teori Atom Dalton, yaitu:
a. Materi terdiri atas partikel terkecil yang disebut
atom. Atom tidak dapat dibagi dan tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
b. Atom suatu unsur
mempunyai sifat yang sama dalam segala hal (ukuran, bentuk, dan massa)
tetapi berbeda sifat-sifatnya dari atom unsur lain.
c. Reaksi kimia adalah penggabungan, pemisahan, atau
penyusunan kembali atom-atom.
d. Atom suatu unsur dapat bergabung dengan atom unsur
lain membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhan (Syukri,1999).
Berat atom suatu unsur dapat didefinisikan sebagai massa relatif dari unsur tersebut terhadap massa unsur pembanding yang diberikan suatu harga tertentu (Sunjaya, 1982).
Dalam kimia dikenal tiga macam rumus, yaitu rumus
empiris (RE), rumus molekul (RM), dan struktur molekul.
a. Rumus empiris menyatakan perbandingan atom unsur dalam
senyawa.
Contohnya dalam
etana terdapat karbon dan hidrogen dengan perbandingan atomnya 1:3, sedangkan
glukosa mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dengan perbandingan 1:2:1.
Dengan demikian RE kedua senyawa adalah:
(CH3)n (CH2O)n
RE
Etana RE
Glukosa
b. Rumus molekul menyatakan baik jenis maupun jumlah atom
yang terdapat dalam satu molekul. Kita kembali ke contoh
etana dan glukosa diatas, bahwa ternyata etana dan glukosa mempunyai n
masing-masing 2 dan 6, sehingga RM-nya adalah:
C2H6 C6H12O6
etana glukosa
c. Struktur molekul yang menggambarkan molekul suatu
senyawa secara lengkap. Dalam
rumus ini diperlihatkan semua atom baik jenis dan jumlahnya maupun posisinya
dalam ruang (Syukri, 2001).
Mol adalah berat atom atau berat molekul yang dinyatakan
dalam gram. Harga ini adalah sama dengan satu mol.
1
mol = N = bilangan Avogadro = 6,023 × 1023 satuan atau partikel
(Sunjaya,1982).
Mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang
mengandung sebanyak kesatuan seperti adanya atom. Kesatuan yang mungkin yaitu
atom, molekul, ion, atau elektron. Jika partikel dasar merupakan molekul, berat
dalam gram satu mol zat disebut bobot molekul. Jika partikel dasar merupakan
atom, berat dalam gram dari 1 mol zat disebut berat gramaton ( biasa disingkat
bobot atom). Istilah berat gram rumus (bobot rumus) adalah jumlah bobot atom
semua atom di dalam rumus kimia suatu zat dan biasanya sama dengan bobot
molekul.
Bobot ekuivalen suatu zat yang terlibat
dalam suatu reaksi, yang digunakan sebagai dasar untuk suatu titrasi,
didefinisikan sebagai berikut:
a.
Asam-basa. Bobot gram
ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang diperlukan untuk
memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,0008 g) H+.
b.
Redoks. Bobot gram
ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang diperlukan untuk
memberikan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.
c.
Pengendapan atau
pembentukan kompleks. Bobot gram ekuivalen adalah berat dalam gram (dari) zat
itu yang diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol kation univalen,
1/2 mol kation divalen dan seterusnya (Underwood,1994).
Dalam titrimetri sistem konsentrasi
molaritas atau normalitas digunakan paling sering. Formalitas dan konsentrasi
analitik berguna dalam keadaan-keadaan pada waktu terjadi disosiasi atau
pembentukan kompleks.
a.
Molaritas
Sistem
konsentrasi ini didasarkan volume larutan dan dengan demikian cocok digunakan
untuk prosedur-prosedur laboratorium yang volume larutan merupakan jumlah yang
diukur.
Molaritas
= jumlah mol solut per liter larutan
Persamaan ini dapat
diselesaikan untuk gram solut yang memberikan,
g = M x V x BM
b.
Formalitas
Sistem
konsentrasi ini didefinisikan sebagai berikut:
Formalitas = jumlah berat rumus solut per liter larutan
c.
Normalitas
Sistem
konsentrasi ini didasarkan pada volume larutan.
Normalitas
= banyaknya ekuivalen solut per liter larutan
Persamaan ini dapat
diselesaikan untuk gram solut yang memberikan,
g = N x V x BE
Hubungan antara normalitas dan molaritas adalah
N = nM
Dengan ketentuan n adalah jumlah mol ion hidrogen,
elektron atau kation univalen yang tersedia atau pereaksi dengan zat yang
bereaksi.
a.
Persen berat
Sistem ini memperinci jumlah gram solut per 100 g larutan.
b.
Seperjuta (ppm)
Sistem
ini memberikan bagian suatu komponen dalam 1 juta bagian suatu campuran. Kita
dapat menyatakan suatu berat yang digunakan ini dengan cara yang sama seperti
persen berat. (Underwood, 1994).
Konsep mol sangat penting dalam ilmu kimia, karena berguna dalam menentukan jumlah partikel zat jika diketahui massanya, dan sebaliknya menentukan massa jika diketahui jumlah partikelnya. Dalam perhitungan yang umum dipakai adalah mol, bukan jumlah partikel.
Penulisan
persamaan kimia:
a.
Reaksi kimia adalah
perubahan pereaksi menjadi hasil reaksi, jenis dan jumlah atom sebelum dan
sesudah harus sama.
b.
Penyetaraan reaksi
merupakan hal penting karena perhitungan kimia dapat diselesaikan bila
persamaan reaksinya benar. Penyetaraan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menerka untuk reaksi
sederhana, dan dengan persamaan matematika untuk reaksi yang rumit.
Jenis-jenis
reaksi kimia:
a.
Reaksi metatesis adalah
reaksi yang tidak menimbulkan perubahan bilangan oksidasi unsur, yang terjadi
hanya pertukaran pasangan ion.
b.
Reaksi redoks (reaksi
oksidasi reduksi) adalah reaksi yang mengakibatkan ada unsur yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi. Unsur yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi
disebut teroksidasi dan yang turun disebut tereduksi (Syukri, 1999).
Reaktan yang habis pertama kali ialah
reaktan pembatas dan sebagian reaktan lainnya masih tersisa walaupun reaksi
sudah reaksi. Reaktan lain ini berada dalam keadaan berlebih. Kenaikan jumlah
rekatan pembatas akan meningkatkan jumlah produk yang terbentuk, ini tidak
berlaku untuk reaktan lainnya. Dalam proses industri, reaktan pembatas umumnya
paling mahal untuk menjamin tidak ada yang terbuang percuma.
9.3.
Tinjauan
Bahan
A.
Aquadest
rumus kimia : H2O
berat molekul : 18,02 g/mol
bentuk :
cair
densitas :
1,196 g/cm3 pada 20°C
titik didih : 114°C
titik lebur : -52°C
warna :
tidak berwarna
B.
Natrium Hidroksida
rumus
kimia : NaOH
berat
molekul : 40,00 g/mol
bentuk : padat
densitas : 2,13 g/cm3
pada 20°C
titik didih : 1.390°C
titik lebur : 318°C
warna : tidak berwarna
C.
Tembaga Sulfat
Pentahidrat
rumus
molekul : CuSO4.5H2O
berat
molekul : 249,69 g/mol
bentuk : padat
densitas : 2,284 g/cm3
titik
didih : 150°C
titik
lebur : 110°C
warna : biru
9.4.
Alat dan Bahan
A.
Alat-alat yang
digunakan: B. Bahan-bahan
yang digunakan:
-
batang pengaduk - Aquadest
-
Beakerglass - natrium hidroksida (NaOH)
-
botol Aquadest - tembaga sulfat pentahidrat
(CuSO4)
-
corong kaca
-
gelas ukur
-
gelas arloji
-
pipet tetes
-
spatula
9.5. Pembahasan
- Bidang kimia yang
mempelajari aspek kuantitatif unsur dalam suatu senyawa atau reaksi disebut
stoikiometri. Dengan kata lain stoikiometri adalah perhitungan kimia yang
menyangkut hubungan kuantitatif zat yang terlibat dalam reaksi.
- Dari percobaan, diperoleh
reaksi stoikiometri yang habis antara CuSO4 dan NaOH adalah CuSO4
karena jumlah mol lebih kecil dibandingkan dengan jumlah mol NaOH. Maka, CuSO4
disebut dengan pereaksi pembatas. Pereaksi pembatas adalah reaktan yang habis
pertama kali.
- Pada percobaan
stoikiometri langkah pertama yang dilakukan, menimbang sejumlah gram NaOH dan
sejumlah gram CuSO4.5H2O. Kemudian melarutkan beberapa
gram CuSO4 menggunakan Aquadest
di dalam Beakerglass, aduk hingga
homogen. Lalu mengencerkan larutan CuSO4 ke dalam labu ukur 100 mL.
Kemudian melarutkan beberapa gram NaOH menggunakan Aquadest di dalam Beakerglass,
aduk hingga homogen. Lalu mengencerkan larutan NaOH ke dalam labu ukur 100
mL.
- Dari percobaan tersebut diperoleh hasil reaksi antara CuSO4 dan NaOH dengan suhu rata-rata 26,75 °C, warna yang dihasilkan adalah biru muda disertai terbentuk endapan biru serta diperoleh pH rata-rata 12,94.
9.6.
Kesimpulan
Dimana
yang dimaksud dengan reaksi stoikiometri adalah melarutkan dua larutan yang
konsentrasinya sama tetapi volumenya berbeda. Dari hasil percobaan reaksi stoikiometri
antara larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4) dan natrium hidroksida
(NaOH) menghasilkan
larutan natrium sulfat (Na2SO4) dan tembaga(II)
hidroksida (Cu(OH)2) dan diperoleh pH rata-rata 12,94.
sekian dari minzo semoga bisa memberi gambaran untuk rekan-rekan sekalian, dan ingat pake selalu masker, keep calm and stay safe
0 Comments