Yo what's up, genki desu ka
Pada kesempatan ini minzo akan berbagi mengenai praktikum kimia fisika, praktikum yang dilakukan pada semester II setelah melalui 3 praktikum pada semseter I. Mengingatnya sungguh nostalgia haha, tidur larut ngerjain laporan, matkul yang padat, menentukan jadwal asistensi, waduh kalau diingat sangat menyenangkan rutinitas seperti itu dan bersyukur bisa melewatinya. Buat yang lagi berjuang pada semester awal, jangan pernah menyerah nikmati prosesnya hehe
Untuk praktikum kimia fisika minzo mulai dari BAB Elektrolisis, check it out...
1.1. Tujuan Percobaan
-
Memahami sel volta
(sel galvani) dan pembuktian teori elektrolisis
1.2.
Tinjauan Pustaka
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu
kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dengan arus listrik.
Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti
keperluan sehari-hari dalam skala rumah tangga dan industri-industri besar
seperti industri yang memproduksi bahan-bahan kimia baik organik maupun
anorganik, farmasi, polimer, otomotif, perhiasan, pertambangan, pengolahan
limbah dan bidang analisis (Riyanto, 2013).
Elektrolisis
adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda yang tercelup
dalam elektrolit, ketika tegangan diterapkan terhadap elektroda itu. Elektroda
yang bermuatan positif disebut anoda, dan elektroda yang bermuatan negatif
disebut katoda. Selama elektrolisis, terjadi reduksi pada katoda dan oksidasi
pada anoda (Keenan, 1992).
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk
bersentuhan dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit atau vakum). Elektroda dalam sel
elektrokimia dapat disebut sebagai
anoda atau katoda, kata-kata yang juga diciptakan oleh Faraday. Anoda ini
didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron datang dari sel elektrokimia
dan oksidasi terjadi, dan katoda
didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron memasuki sel elektrokimia dan reduksi terjadi. Setiap
elektroda dapat menjadi sebuah anode atau katode tergantung dari tegangan listrik
yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut (Wikipedia, 2015).
Reduksi
menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah
molekul, atom, atau ion. Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul,
atom, atau ion
(Suyuty,
2006).
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau
berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit
umumnya berbentuk asam, basa atau garam (Wikipedia, 2015).
Akibat
aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi perubahan
kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834) lewatnya
arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu elektroda
(anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain
(katoda).
Hukum
Faraday I : Massa zat yang timbul pada
elektroda karena elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang
mengalir melalui larutan.
W = Ar.I.t / n.F
Keterangan:
W = massa zat yang diendapkan (gr)
I =
kuat arus listrik (A)
t = waktu (s)
Ar = massa atom relatif
n = valensi ion
F = bilangan Faraday (96500 C) (Romdhoni, 2007).
A. Jenis-jenis sel elektrokimia:
-
Sel Galvani
Sel galvani adalah sel
dimana energi bebas dari reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Disebut
juga sebagai sel elektrokimia. Hubungan antara energi bebas dari reaksi kimia
dengan tegangan sel dinyatakan dengan persamaan
DG = -nFE
Dimana F adalah Faraday, E adalah e.m.f sel (dalam volt)
dan n adalah jumlah molekul elektron yang berperan pada reaksi kesetimbangan.
Anoda pada sel galvani, bermuatan negatif disebabkan oleh reaksi kimia yang spontan, elektron akan dilepaskan oleh elektroda ini. Pada sel galvani, katoda bermuatan positif bila dihubungkan dengan anoda. Ion bermuatan positif mengalir ke elektroda ini untuk direduksi oleh elektron-elektron yang datang dari anoda.
Gambar 1.1. Sel Galvani
-
Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah
sel dimana energi listrik digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia.
Sel ini merupakan kebalikan dari sel galvani. E.m.f yang diperlukan untuk
berlangsungnya proses ini akan sedikit lebih tinggi daripada e.m.f. yang
dihasilkan oleh reaksi kimia, dan ini didapat dari lingkungannya.
Reaksi kimia spontan
menghendaki DG
menjadi negatif. Apabila e.m.f. sel adalah positif, maka ini adalah sel
galvani. Kesetimbangan akan terjadi bila DG dan E sama dengan nol. Reaksi dengan nilai E yang
lebih positif akan terjadi lebih dahulu daripada reaksi-reaksi dengan e.m.f. yang
kepositifannya lebih rendah.
Pada
sel elektrolisis, sumber eksternal tegangan didapat dari luar, sehingga anoda
bermuatan positif apabila dihubungkan dengan katoda. Dengan demikian ion-ion
bermuatan negatif menglir ke anoda untuk dioksidasi.
Pada
sel elektrolisis, katoda adalah elektroda yang bermuatan negatif. Ion-ion
bermuatan positif (kation) mengalir ke elektroda ini untuk direduksi. Dengan
demikian, di sel galvani elektron bergerak dari anoda ke katoda dalam sirkuit
eksternal. Sedangkan di sel elektrolisis, elektron didapat dari aki/baterai
eksternal, masuk melalui katoda dan keluar lewat anoda (Dogra, 1990).
Gambar 1.2. Sel
Elektrolisis
B. Jenis-jenis elektroda
Elektroda ada 2 macam yaitu :
-
inert
(tidak mudah bereaksi, ada 3 macam zat yaitu platina (Pt), emas (Aurum/Au), dan
karbon (C))
-
tak
inert (mudah bereaksi, zat lainnya selain Pt, C, dan Au) (Wikibooks,2015).
Faktor yang berpengaruh
pada elektrolisis adalah konsentrasi elektrolit, sirkulasi elektrolit, rapat
arus, tegangan, jarak anoda-katoda, rasio dan bentuk anoda-katoda, temperatur,
daya tembus, aditif, dan kontaminasi (Sopiah, 2008).
Ada berbagai macam reaksi pada sel
elektrolisis, yaitu:
a. Reaksi
yang terjadi pada katoda
- Jika
kation merupakan logam golongan IA (Li,
Na, K, Rb, Cs, Fr), IIA (Be,
Mg, Cr, Sr, Ba, Ra), Al,
dan Mn, maka reaksi yang
terjadi adalah
2H2O + 2e → H2 + 2OH-
- Jika
kationnya berupa H+, maka reaksinya 2H+ + 2e → H2
- Jika
kation berupa logam lain, maka reaksinya (nama logam)x+ + xe → (nama logam)
b. Reaksi
yang terjadi pada anoda
-
Jika elektroda inert (Pt, C, dan Au), ada
3 macam reaksi:
-
Jika anionnya sisa asam oksi (misalnya NO3-,
SO42-), maka reaksinya
2H2O → 4H+ +
O2 + 4e
-
Jika anionnya OH-, maka
reaksinya 4OH- →
2H2O + O2 + 4e
-
Jika anionnya berupa halida (F-,
Cl-, Br-), maka reaksinya adalah
2X(halida) → X(halida)2 +
2e
- Jika elektroda tak inert (selain 3 macam di atas), maka reaksinya Lx+ + xe (Wikibooks, 2015).
Apabila harga E° atom-atom logam diurutkan dari E° yang terkecil
sampai E° yang terbesar, maka akan kita peroleh suatu deret kereaktifan logam
yang disebut deret volta. Di antara anggota deret volta tersebut adalah:
Li–K–Ba–Ca–Na–Mg–Al–Mn–Zn–Fe–Ni–Sn–Pb–H–Sb–Bi–Cu–Hg–Ag–Pt–Au
E=0
- Dari kiri
ke kanan, harga E° makin besar (makin mudah mengalami reduksi)
- Dari kiri ke kanan kereaktifan logam makin berkurang, sehingga
logam yang letaknya di sebelah kiri pada deret volta, dalam reaksi kimia dapat mendesak
logam di sebelah kanannya (Winarti, 2006).
Jika
sumber tegangan luar diatur tepat 1,10 V dan menutup kunci saklar, jarum
amperemeter tidak akan menunjukkan arus. Hal ini disebabkan sumber tegangan
luar (DC) dan sel galvani yang saling dihubungkan berlawanan tepat setimbang.
Akibatnya tidak satupun ada aliran elektron yang dapat mengalir melalui sistem
ini. Tetapi jika kita memberikan tegangan luar lebih kecil dari 1,00 V,
elektron akan mengalir dari elektroda seng menuju elektroda tembaga melalui
rangkaian luar. Hal ini berarti reaksi sel sedang berlangsung spontan dari kiri
ke kanan dan sistemnya disebut sel galvani. Sebaliknya, jika pada sel
elektrokimia tersebut diberikan suatu voltase yang lebih besar dari 1,00 V,
maka aliran arus akan mengalir tetapi arah aliran akan berlawanan dengan arah
sel galvani, yaitu arah aliran elektron akan bergerak dari kutub negatif sumber
tegangan DC masuk ke dalam elektroda seng dan elektroda akan mengalir keluar
dari elektroda tembaga menuju ke dalam rangkaian luar sumber tegangan DC yang
berkutub positif (Soebagio, 2007).
Aplikasi
elektrolisis antara lain adalah :
-
Pembuatan Gas di Laboratorium
Sel
elektrolisis banyak digunakan dalam industri pembuatan gas misalnya pembuatan
gas oksigen, gas hidrogen, atau gas klorin. Untuk menghasilkan gas oksigen dan
hidrogen, Anda dapat menggunakan larutan elektrolit dari kation golongan utama
(K+, Na+)
dan anion yang mengandung oksigen (SO42-, NO3-)
dengan elektrode Pt atau karbon. Reaksi elektrolisis yang menghasilkan gas, misalnya
elektrolisis larutan Na2SO4 menggunakan elektroda karbon.
Reaksi yang terjadi : Na2SO4(aq) → 2Na+(aq) + SO42-
→Katode (C)
: 2H2O(l)
+ 2e- 2OH-(aq) + H2(g)
→Anode (C)
: 2H2O(l)
4e- + 4H+ + O2(g)
Karena pada katoda dan anoda yang
bereaksi adalah air, semakin lama air semakin berkurang sehingga perlu
ditambahkan. Perlu diingat bahwa walaupun yang bereaksi air, tidak berarti
elektrolit Na2SO4 tidak diperlukan. Elektrolit ini berguna
sebagai penghantar arus listrik.
-
Proses penyepuhan
Penyepuhan
suatu logam emas, perak, atau nikel, bertujuan menutupi logam yang penampilannya
kurang baik atau menutupi logam yang mudah berkarat. Logam-logam ini dilapiasi
dengan logam lain yang penampilan dan daya tahannya lebih baik agar tidak
berkarat. Misalnya mesin kendaraan bermotor yang terbuat dari baja umumya
dilapisi kromium agar terhindar dari korosi . Beberapa alat rumah tangga juga
disepuh dengan perak sehingga lebih awet dan penampilannya tampak lebih baik. Badan
sepeda titanium dilapisi titanium oksida (TiO2) yang bersifat keras
dan tidak dapat ditembus oleh oksigen atau uap air sehingga terhindar dari
reaksi oksida yang menyebabkan korosi. Korosi adalah reaksi redoks yang terjadi
pada logam, sehingga membentuk senyawa logam tersebut. Peristiwa korosi ini
dipengaruhi oleh lingkungan, seperti udara, uap air, dan beberapa gas yang
bersifat korosif. Faktor-faktor lain yang dapat mempercepat perkaratan adalah
pH larutan, adanya suatu garam, atau kontak dengan logam lain yang mempunyai E°
lebih besar (Winarti, 2006).
Prinsip
kerja proses penyepuhan adalah penggunaan sel dengan elektrolit larutan dan
elektroda reaktif. Contoh jika logam atau cincin dari besi akan dilapisi emas digunakan
larutan elektrolit AuCl3(aq).
Logam besi (Fe) dijadikan sebagai katoda, sedangkan logam emasnya (Au) sebagai
anoda. Reaksi yang berlangsung dalam proses penyepuhan besi dengan emas
yaitu :
AuCl3(aq) → Au3+(aq) + 3Cl-(aq)
Katode (cincin Fe) : Au3+(aq) + 3e- → Au(s)
→Anode (Au) : Au(s) Au3+(aq) + 3e-
Proses yang terjadi yaitu oksidasi
logam emas (anoda) menjadi Au3+(aq). Kation ini akan bergerak ke
katoda menggantikan kation Au3+ yang direduksi di katoda. Kation Au3+
di katoda direduksi membentuk endapan logam emas yang melapisi logam atau
cincin besi. Proses ini cukup murah karena emas yang melapisi besihanya berupa
lapisan tipis.
-
Proses Pemurnian logam kotor
Proses
pemurnian logam kotor banyak dilakukan dalam pertambangan. Logam transisi yang
kotor dapat dimurnikan dengan cara menempatkannya sebagai anoda dan logam murni
sebagai katoda. Elektrolit yang digunkan adalah elektrolit yang mengandung
kation logam yang dimurnikan. Contoh : proses pemurnian nikel menggunakan
larutan NiSO4, nikel murni digunkan sebagai katoda, sedangkan nikel
kotor (logam yang dimurnikan) digunakan sebagai anoda. Reaksi yang terjadi,
yaitu:
NiSO4(aq) → Ni2+(aq) + SO42-(aq)
Katode (Ni murni) : Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)
Anode ( Ni kotor) : Ni(s) → Ni2+(aq) + 2e-
Logam nikel yang kotor pada anoda dioksidasi
menjdi ion Ni2+. Kemudian, ion Ni2+ pada katoda direduksi membentuk logam
Ni dan bergabung dengan katoda yang merupakan logam murni. Kation Ni2+ di
anoda bergerak ke daerah katoda menggantikan kation yang direduksi. Untuk
mendapatkan logam nikel murni (di katoda) harus ada penyaringan sehinggga
kotoran (tanah, pasir dan lain-lain) hanya berada di anoda dan tidak berpindah
ke katoda sehingga daerah di katoda merupakan daerah yang bersih (Wikipedia,
2015).
1.3.
Tinjauan Bahan
A.
Aquadest
-
rumus
molekul : H2O
-
bentuk
fisik : cairan tak berwarna
dan tidak berbau
-
berat
molekul : 18,02 gram/mol
-
densitas : 1 g/cm3
-
pH : 7
- titik didih : 100 oC (212 oF)
B.
Natrium Klorida
-
rumus
molekul : NaCl
-
bau :
sedikit berbau
-
bentuk :
bubuk kristal padat
-
berat molekul :
58,44 g/mol
-
pH :
7 (netral)
-
titik leleh :
801 oC (1473,8 oF)
-
titik didih :
1413 oC (2575 oF)
-
warna :
putih
C.
Seng Sulfat
Heptahidrat
-
rumus
molekul : ZnSO4.7H2O
-
bentuk :
Kristal
-
berat molekul :
287.55 g/mol
-
densitas : 3.54 g/cm3
-
pH : 4,4-6
-
titik leleh : 100 oC (212 oF)
-
warna :
putih
D.
Tembaga Sulfat
Pentahidrat
-
rumus
molekul : CuSO4.5H2O
-
bau :
tidak berbau
-
bentuk :
padat
-
berat molekul : 249,69
gram/mol
-
densitas : 2,28 g/cm3
-
titik leleh :
110 oC
(230 oF)
-
titik didih :
150 oC (302 oF)
- warna : biru
1.4. Alat
dan Bahan
A.
Alat-alat yang
digunakan:
-
batang pengaduk
-
Beakerglass
200 mL
-
botol aquadest
-
corong kaca
-
kabel penjepit
-
penggaris
-
pipa u
-
voltmeter
B.
Bahan-bahan yang
digunakan:
-
agar-agar
-
Aquadest
-
elektroda (Zn,Cu)
-
natrium klorida
(NaCl)
-
seng sulfat heptahidrat
(ZnSO4.7H2O)
-
tembaga sulfat pentahidrat
(CuSO4.5H2O)
1.5.
Pembahasan
-
Dari hasil
praktikum terdapat perbedaan pada larutan elektrolit dengan elektroda sebelum
dan sesudah proses elektrolisis, yaitu larutan ZnSO4 menjadi keruh dan larutan CuSO4
yang timbul gelembung. Serta elektroda Zn yang lebih mengkilat sedangkan
eletroda Cu mengalami karat (korosi).
-
Dari percobaan,
arus listrik yang dihasilkan larutan ZnSO4 dan CuSO4
kemudian dimasukkan elektroda Zn dan Cu adalah sebesar 1,10 Volt. Hal ini terbukti
sama dengan teori yang mengatakan potensial yang dihasilkan adalah 1,10 Volt.
1.6.
Kesimpulan
Pada percobaan
elektrolisis, energi listrik yang dihasilkan adalah 1,10 Volt dengan
menggunakan larutan CuSO4 dan ZnSO4 serta elektroda logam
Zn dan Cu. Hal ini terbukti dengan teori yang yang mengatakan potensial yang
dihasilkan adalah 1,10 Volt.
0 Comments