ohayou gozaimasu minna-san, genki desu ka.
so yeah, dikesempatan kali ini minzo akan berbagi mengenai laporan praktikum KA atau biasa yang dikenal dengan Kimia Analisa. Bagi mahasiswa Tekkim pastinya ga asing dengan praktikum ini hehe, kalau di kampus minzo praktikum KA dilaksanakan ketika semester 1 dan itu setelah praktikum mikrobiologi industri. Semoga dapat memberi gambaran yaaaa
8.1. Tujuan Percobaan
-
Memahami prinsip-prinsip
dasar titrasi kompleksometri.
-
Menentukan kesadahan air.
8.2.
Tinjauan
Pustaka
Titrasi pembentukan kompleks adalah salah
satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai sadar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun
sedikit terdisosiasi. Suatu contoh adalah reaksi dari ion perak dengan ion
sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2- yang sangat
stabil.
Ag+ + 2CN- ↔ Ag(CN)2-
(perak) (sianida) (perak sianida)
Tritasi kompleksometri yaitu titrasi
berdasarkan pembentukan persenyawaan komplek (ion komplek atau garam yang sukar
mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat
saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Kompleks yang dimaksud di
sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan sebuah anion atau molekul netral. Ion logam dalam kompleks itu disebut
atom pusat, dan gugus yang terikat pada atom pusat disebut ligan
(Underwood,1994).
-
EDTA dan Complexon
Ini dikenal juga dengan nama Versen,
Complexon III, Sequesterene, Nullapon, Trilon B, Idranat III, dan sebagainya.
Gambar
8.1. Struktur EDTA
Terlihat dari strukturnya bahwa molekul tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari atom nitrogen sehingga dapat mengahasilkan khelat bercincin sampai dengan enam secara serempak. Zat pengomplek lain adalah asam nitriliotriasetat N(CH2COOH)3. Berbagai logam membentuk kompleks pada ph yang berbeda-beda. Peristiwa pengompleksan tergantung pada aktivitas anion bebas, misalkan Y4- (jika asamnya H4Y dengan tetapan ionisasi pK1 = 2,0; pK2 = 2,64; pK3 = 6,16 dan pK4 = 10,26). Ternyata variasi aktivitas Y4- bervariasi terhadap perubahan pH dari 1,0 sampai 10 dan secara umum perubahan ini sebanding dengan (H+) pada ph 3,0 – 6,0. Kompleks logam dengan muatan lebih tinggi umumnya lebih stabil. EDTA mudah larut dalam air. dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi harus distandarisasi dahulu misalkan dengan menggunakan larutan kadmium. EDTA adalah heksadetat, tetapi bila digunakan dalam bentuk garam dinatrium menjadi kuadridentat.
Empat
tetapan disosiasi H4R adalah sebagai berikut :
H4R + H2O H3O+ + H3R- K1 = 1,02 X 10-2
H3R-
+ H2O H3O + H2R2- K2 = 2,1 X 10-3
H2R2-
+ H2O H3O + HR3- K3 = 6,9 X 10-7
HR3- + H2O H3O+ + R4- K4 = 5,5 X 10-11
dengan nilai K merupakan tetapan pembentukan bertahap.
Nilai R4- yang berasal dari H4R
yang ada dalam jumlah yang dominan sedang pada pH agak lebih rendah HR3-yang
terdapat dominan. fraksi konsentrasi R4-dapat diperoleh dari C2 = (konsentrasi zat yang
dianalisis) (Khopkar, 2010).
Faktor-faktor
yang membuat EDTA sebagai titrimetri:
1.
Selalu membentuk kompleks
ketika direaksikan dengan ion logam
2.
Kestabilannya dalam
membentuk kelat sangat konstan sehingga reaksi berjalansempurna (kecuali dengan
logam alkali)
3.
Dapat bereaksi cepat
dengan banyak jenis ion logam
4.
Telah dikembangkan indikatornya secara khusus
5.
Mudah diperoleh bahan
baku primernya
6. Dapat digunakan baik sebagai bahan yang dianalisis maupun sebagai bahan untuk standardisasi.
Dalam
titrasi kompleksometri ada beberapa prosedur yang digunakan, yaitu:
-
Titrasi langsung
Titrasi
langsung merupakan metode yang paling sederhana dan sering dipakai. Larutan ion
yang akan ditetapkan ditambahkan dengan bufer, misal bufer pH 10 lalu ditambah
indikator logam yang sesuai dan dititrasi langsung dengan larutan baku
dinatrium edetat.
-
Titrasi kembali
Cara ini penting untuk logam yang
mengendap dengan hidroksida pada pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk
senyawa yang tidak larut misalnya sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang
membentuk kompleks yang sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks
lebih stabil dengan natrium edetat daripada dengan indikator. Titik akhir
ditunjukkan dengan pertolongan indikator logam.
-
Titrasi subtitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut
tidak memberikan titik akhir yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau
dengan titrasi kembali, atau juga jika ion logam tersebut membentuk kompleks
dengan dinatrium edetat lebih stabil daripada logam lain seperti magnesium dan
kalsium. Kalsium, timbal, dan raksa dapat ditetapkan dengan cara ini dengan
indikator hitam eriokrom dengan hasil yang memuaskan.
-
Titrasi tak langsung
Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk
menetukan kadar ion-ion seperti anion yang tidak bereaksi dengan pengkelat.
Sebagi contoh barbiturat tidak bereaksi dengan EDTA, akan tetapi secara
kuantitatif dapat diendapkan dengan ion merkuri dalam keadaan basa sebagai ion
kompleks. Setelah pengendapan dengan kelebihan Hg (II), kompleks dipindahkan
dengan carapenyaringan dan dilarutkan kembali dalam larutan baku EDTA
berlebihan.
-
Titrasi Alkalimetri
Pada metode ini,
proton dari dinatrium edetat, Na2H2Y dibebaskan oleh logam berat dan dititrasi
dengan larutan baku alkali sesuai dengan persamaan reaksi berikut:
Mn+
+ H2Y2- ↔ (MY)+n-4
+ 2H-
Logam larutan yang ditetapkan
dengan metode ini sebelum dititrasi harus dalam suasana netral terhadap
indikator yang digunakan. Penetapan titik akhir menggunakan indikator
asam-basa atau secara potensiometri (Gandjar dan Rohma,2007).
Kelebihan
titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan menunjukkan komposisi
kimiawi yang tertentu. Selektifitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian
pH, misal Mg, Cr, Ca dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11, Mn2+, Fe,
Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti, dan V dapat dititarsi pada pH 4,0–7,0. Terakhir
logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Se, Ti, V dan Ih dapat dititrasi pada
pH 1,0– 4,0. EDTA sebagai garam natrium N, Na2H2Y sendiri
merupakan standard primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekivalen segera
tercapai dalam titrasi demikian dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat
digunakan untuk penentuan beberapa logam pada operasi skala semi-mikro (Khopkar, 2010).
Sebagian besar
titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu
saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan
pengompleksnya sendiri. Indikator demikian
disebut indikator metalokromat.
Indikator jenis ini
contohnya adalah Eriochrome black
T, pyrocatechol
violet; xylenol orange; calmagit;
1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon,
asam salisilat, metafalein dan calcein blue.
Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi
kompleksometri ini antara lain:
-
Erichrome
Black T
Kelat logam terbentuk dengan molekul Erichrome Black T dengan hilangnya ion-ion hidrogen dari fenola-gugur OH dan pembentukan ikatan antara ion logam dan atom-atom oksigen dan juga gugus azo. Molekul Erichrome Black T biasanya dihadirkan dalam bentuk singkatan sebagai asam triprotik, H3In. Bentuk indikator ini berwarna merah. Indikator ini membentuk kompleks-kompleks 1:1 yang stabil berwarna anggur merah, dengan sejumlah kation, seperti Mg2+, Ca2+, Zn2+, dan Ni2+. Erochrome Black T merupakan indikator yang sesuai untuk titrasi Zn2+ dengan EDTA dalam buffer amoniak sebesar pH 9 (Underwood, 1994).
-
Calmagite
Erichrome Black T
sayang tidak stabil dalam larutan dan larutannya harus dibuat yang baru (segar)
agar memperoleh perubahan warna yang betul. Indikator lain, dinamakan Calmagite telah dikembangkan. Calmagite
dalam larutan berair stabil dan dapat digantikan untuk Eriochrome Black T dalam prosedur-prosedur yang memerlukan
indikator yang tersebut belakangan. Calmagite
juga menggunakan asam triportik, H3In, dan spesies asam sulfonat
terurai secara kuat dalam larutan berair.
-
Calcein
Blue
Calcein
Blue adalah indikator pendar-fluor yang
efektif pada pH netral. Kadangkala kompleks yang terlalu kuat atau terlalu
lemah terbentuk dengan EBT dalam titrasi langsung. Kompleks yang kuat dapat
mengurangi fungsi sebagai indikator seperti Cu, Co, Ni membentuk kompleks logam
EBT yang stabil dan kita menggunakan KCN untuk menyembunyikan logam ini
(Khopkar, 2010).
Kesadahan adalah salah
satu sifat kimia yang dimiliki oleh air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+,
atau juga dapat disebabkan karena adanya ion-ion lain dari
Polyvalent Metal (logam
bervalensibanyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr, dan Zn dalam bentuk garam sulfat,
klorida dan bikarbonat dalam jumlah kecil. Pengertian kesadahan air adalah kemampuan air mengendapkan
sabun,dimana sabun ini diendapkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+. Karena penyebab dominan/utama kesadahan adalah Ca2+ dan Mg2+, khususnya Ca2+ maka
arti darikesadahan dibatasi sebagai sifat/karateristik
air yang menggambarkan konsentrasi jumlah dari ion Ca2+
yang dinyatakan sebagai CaCO3.
Kesadahan
ada dua jenis, yaitu:
-
Kesadahan sementara
adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam bikarbonat, seperti
Ca(HCO3)2, kesadahan sementara ini dapat dengan mudah
dieliminir dengan pemanasan (pendidihan), sehingga terbentuk endapan CaCO3
atau MgCO3.
Ca(HCO3)2 → CO2 (g) +
H2O (aq) + CaCO3
(kalsium bikarbonat)
(oksigen) (air) (kalsium karbonat)
Mg(HCO3)2 → CO2 (g) + H2O
(aq) + MgCO3
(magnesium bikarbonat) (oksigen) (air) (magnesium karbonat)
-
Kesadahan tetap adalah
kesadahan yang disebabkan oleh adanya garam-garam klorida, sulfat dan karbonat,
misal CaSO4, MgSO4, Ca2, MgCl2. Kesadahantetap dapat dikurangi dengan
penambahan larutan soda kapur (terdiri dari larutan natrium karbonat dan
magnesium hidroksida) sehingga terbentuk endapan kalium karbonat (padatan/endapan)
dan magnesium hidroksida (padatan/endapan) dalam air. Penambahan larutan
karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan Mg2+,
sehingga terjadi persamaan reaksi berikut
CaCl2(aq)
+ Na2CO3(aq) → CaCO3(s)
+ 2NaCl(aq)
(kalsium
klorida)(natrium karbonat) (kalsium karbonat)(natrium kloroda)
Mg(NO3)2(aq)
+ K2CO3(aq) → MgCO3(s) + 2 KNO3(aq)
(magnesium nitrat)(kalium
karbonat) (magnesium karbonat)(kalium nitrat)
Tabel 8.1. Derajat
kesadahan air
Derajat Kesadahan |
Ca2+ (ppm) |
Mg2+ (ppm) |
CaCO3 mg/L |
Lunak |
<50 |
<2,9 |
1-75 |
Agak Sadah |
50-100 |
2,9-5,9 |
75-150 |
Sadah |
100-200 |
5,9-11,9 |
150-300 |
Sangat Sadah |
>200 |
>11,9 |
>300 |
8.3. Tinjauan Bahan
A.
Ammonia
-
Bau :
bau tajam mirip dengan garam berbau
-
Bentuk : gas
-
Berat molekul : 17,031 g/mol
-
Rumus molekul : NH3
-
Titik beku : -77,7 °C
-
Titik didih : -33,4 °C
-
Warna : tak berwarna
B.
Ammonium klorida
-
Bau :
berbau
-
Bentuk :
bubuk kristal padat
-
Berat molekul : 53,49 g/mol
-
Rumus molekul : NH4Cl
-
pH :
5,5 (asam)
-
Titik didih :
520 °C
-
Titik leleh :
338 °C
-
Warna :
putih
C. Aquadest
-
Bau :
tidak berbau
-
Bentuk :
cair
-
Berat molekul :
18,02 g/mol
-
pH :
7 (netral)
-
Rumus molekul :
H2O
-
Warna :
tidak berwarna
D. EDTA
-
Bentuk :
solid
-
Berat molekul :
416,23 g/mol
-
pH :
1,5
-
Rumus molekul :
C10H12N2Na4O8.2H2O
-
Titik lebur :
237-245 °C
-
Warna :
putih
E.
Indikator EBT
-
Bau :
berbau
-
Bentuk :
padatan bubuk
-
Berat molekul :
461,39 g/mol
-
Rumus molekul :
C20H12N3O7S
-
Warna :
hitam kecoklatan
F.
Indikator murexide
-
Bau :
tidak berbau
-
Bentuk :
padatan bubuk
-
Berat molekul :
284,19 g/mol
-
Rumus molekul :
C8H8N6O6
-
Titik lebur :
> 300 °C
- Warna : ungu merah
G. Natrium
hidroksida
-
Bentuk :
zat padat
-
Berat molekul :
39,9971 g/mol
-
Rumus molekul :
NaOH
-
Titik didih :
1390 °C
-
Titik leleh :
318 °C
-
Warna :
putih
H. Natrium
klorida
-
Bau :
sedikit berbau
-
Bentuk :
bubuk kristal padat
-
Berat molekul :
58,44 g/mol
-
Rumus molekul :
NaCl
-
Warna :
putih
I.
Seng sulfat
-
Bau :
tidak berbau
-
Bentuk :
solid
-
Berat molekul :
179,43 g/mol
-
Rumus molekul :
ZnSO4
8.4.
Pembahasan
A.
Standarisasi larutan EDTA
0,01M
Pada penentuan larutan
standart EDTA 0,01M sebanyak 25 mL. Tujuan dari penetuan larutan standart EDTA
adalah utuk mengetahui konsentrasi EDTA pada larutan. Konsentrasi EDTA yang
didapat adalah 0,01840 M hal ini
berbeda dengan konsentrasi EDTA yang diinginkan yakni 0,01 M, perbedaan ini dikarenakan oleh, perubahan warna sangat dekat dengan titik ekivalen titrasi,
penambahan buffer yang berlebihan, kurang teliti saat penimbangan bahan,
dan pengenceran yang
tidak sempurna.
B.
Menentukan kesadahan
total
Pada penentuan kesadahan total ditambahkan
larutan NaOH 1 M bertujuan
untuk memberikan suasana basa. Penambahan sedikit indikator Murexid-NaCl, warna
larutan menjadi merah dan dititrasi dengan larutan EDTA sampai warna larutan menjadi
merah anggur. Sehingga, dari hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh kadar
Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel air PDAM adalah 49,12
ppm. Sedangkan kadar Ca2+ dan Mg2+ pada sampel air mineral adalah 78,56 ppm..
Sehingga kedua sampel tersebut dapat digolongkan kedalam kategori air agak
sadah.
C. Menentukan
kesadahan tetap
Pada penentuan kesadahan tetap ditambahkan
larutan NaOH
1 M. Penambahan buffer
bertujuan untuk menjaga pH agar tetap stabil. Indikator EBT-NaCl mengakibatkan
warna larutan menjadi merah dan kemudian dititrasi dengan EDTA sampai warna
larutan menjadi biru. Dari hasil pengamatan dan perhitungan dalam sampel air
PDAM, diperoleh kadar Ca2+
dan kadar Mg2+ adalah 198,8
ppm dan 36,372 ppm. Sedangkan kadar Ca2+
dan kadar
Mg2+ pada
sampel air sumur adalah 392,4 ppm dan
76,2631
ppm.
8.5.
Kesimpulan
- Kompleksometri merupakan
jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil
berupa kompleks. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk
melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul
netral
- Kesadahan air disebabkan
karena keberadaan ion-ion Ca2+ dan Mg2+dalam air. sampel air PDAM,
diperoleh kadar Ca2+ dan
kadar Mg2+ adalah 198,8
ppm dan 36,372 ppm. Sedangkan kadar Ca2+
dan kadar
Mg2+ pada
sampel air sumur adalah 392,4 ppm dan
76,2631
ppm.
0 Comments