Yo what's up, genki desu ka
Pada kesempatan ini minzo akan berbagi mengenai praktikum kimia fisika, praktikum yang dilakukan pada semester II setelah melalui 3 praktikum pada semseter I. Mengingatnya sungguh nostalgia haha, tidur larut ngerjain laporan, matkul yang padat, menentukan jadwal asistensi, waduh kalau diingat sangat menyenangkan rutinitas seperti itu dan bersyukur bisa melewatinya. Buat yang lagi berjuang pada semester awal, jangan pernah menyerah nikmati prosesnya hehe
Setalah sebelumnya BAB Destilasi sistem biner berikutnya adalah BAB Isoterm Adsorbsi, check it out...
3.1. Tujuan Percobaan
- Menentukan pengaruh lama
pengocokan terhadap jumlah adsorbat yang diserap pada proses adsorbsi asam
klorida (HCl) dengan karbon aktif.
3.2. Tinjauan Pustaka
Isoterm adalah
perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap. Proses isotermal merupakan
proses termodinamika yang prosesnya berjalan dan suhu gasnya
tetap (Wikipedia, 2015).
Adsorbsi adalah
suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan yang harus
dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya yang
bekerja pada permukaan tersebut. Sesuai dengan jenis ikatan yang terdapat
antara bahan yang diadsorbsi dan adsorbennya, maka dibedakan antara adsorbsi
fisik dan adsorbsi kimia. Adsorbsi fisik dan kimia juga dapat dikenali dari
perubahan panas yang terjadi. Panas adsorbsi pada adsorpsi fisik berada pada
orde panas reaksi. Sedangkan panas adsorbsi fisik, khususnya pada campuran gas,
lebih besar dan seringkali besarnya 2-3 kali panas kondensasi dari bahan yang
di adsorbsi (Bernasconi, 1995).
Hubungan antara
jumlah zat diadsorbsi dan tekanan kesetimbangan atau konsentrasi kesetimbangan
pada temperatur tertentu disebut isoterm adsorbsi (Sukardjo, 2003).
Freundlich dari percobaan-percobaan mendapatkan persamaan adsorbsi gas pada zat padat sebagai berikut:
x/m = k.p^b
Persamaan logaritma:
log x/m = log k + 1/n (log C)
Keterangan:
x
= jumlah gram zat yang diserap
m
= gram adsorbens
p = tekanan parsial gas
k, b = tetapan (Sukardjo, 1985).

Gambar
3.1 Kurva persamaan Freundlich (Fatimah,
2014)
Bahan yang diserap disebut adsorbat. Adsorbat adalah bahan padat dengan luas permukaan
dalam yang sangat besar. Permukaan
yang luas ini terbentuk
karena banyaknya pori-pori
yang halus pada padatan
tersebut. Disamping luas
spesifik dan diameter
pori, maka kerapatan unggun,
distribusi ukuran
partikel maupun kekerasannya
merupakan data
karekteristik yang penting dari
suatu adsorbat (Asip dkk, 2008).
Adsorben adalah
bahan padat dengan luas permukaan dalam yang sangat besar. Permukaan yang luas
ini terbentuk karena banyaknya pori yang halus pada padatan tersebut. Biasanya
luasnya berada dalam orde 200-1000 m2/g adsorben. Diameter pori
sebesar 0,0003-0,02 miu meter (Bernasconi, 1995).
Adsorben dengan ciri memiliki kapasitas
adsorbsi dan laju reaksi yang tinggi sera selektif terhadap molekul target
merupakan pilihan ideal dalam sebuah proses adsorbsi. Secara garis besar
beberapa syarat adsorben adalah:
-
Memiliki luas permukaan
yang tinggi juga ditunjukan oleh volume pori yang tinggi
-
Memiliki jejaring pori
yang memungkinkan transport molekul adsorbat
-
Dapat melepaskan molekul
teradsorbsi melalui proses desorbsi
-
Dapat diregenerasi dengan
mudah (Fatimah, 2014).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses adsorbsi
yaitu :
1.
Proses
pengadukan
Kecepatan adsorbsi selain dipengaruhi oleh film diffusion dan pore diffusion juga dipengaruhi oleh pengadukan. Jika proses pengadukan relatif kecil maka adsorbat sukar menembus lapisan film antara permukaan adsorben dan film diffusion yang merupakan faktor pembatas yang memperkecil kecepatan penyerapan. Dan jika pengadukan sesuai maka akan menaikkan film diffusion sampai titik pore diffusion yang merupakan faktor pembatas dalam sistem batch dilakukan pengadukan yang tinggi.
2.
Karakteristik
Adsorbat
Adsorbsi
dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu energi permukaan dan gaya tarik
permukaan. Oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran partikel dan luas permukaan
merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan digunakan sebagai
adsorben.
3.
Kelarutan
adsorbat
Proses adsorbsi terjadi pada molekul-molekul yang ada
dalam larutan harus dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan
permukaan adsorben. Sifat unsur yang terlarut mempunyai gaya tarik-menarik
terhadap cairannya yang lebih kuat bila dibandingkan dengan unsur yang sukar
larut. Dengan demikian unsur yang terlarut akan lebih sulit terserap pada
adsorben bila dibandingkan dengan unsur yang tidak larut (Asip dkk, 2008).
4.
Tekanan
Tekanan yang
dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan tekanan adsorbat dapat menaikan
jumlah yang diadsorbsi.
5.
Temperatur
adsolut
Temperatur yang
dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat molekul-molekul gas atau
adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah
energi yang dinamakan peristiwa exothermic.
Berkurangnya terperatur akan menambah jumlah adsorbat yang teradsorpsi demikian
juga untuk peristiwa sebaliknya.
Macam-macam adsorben yang umum digunakan, antara lain:
1.
Silika
gel
Silika cenderung
mengikat adsorbat dengan energi yang relatif kecil dan membutuhkan temperatur
rendah untuk proses desorbsinya, dibandingkan jika menggunakan adsorben lain
seperti karbon atau zeolit. Kemampuan desorbsi silika gel meningkat dengan
meningkatnya temperatur. Pada umumnya temperatur kerja silika gel sampai pada
200oC, jika dioperasikan lebih dari batas temperatur kerjanya, kandungan air dalam silika gel akan menyebabkan
kemampuan adsorbsinya hilang.

Gambar
3.2. Silika Gel
2.
Zeolit
Zeolit mengandung kristal zeolit yaitu mineral aluminosilicate yang disebut sebagai
penyaring molekul, mineral terbentuk secara alami. Zeolit buatan dibuat dan
dikembangkan untuk tujuan khusus, diantaranya 4A, 5A, 10X, dan 13X yang
memiliki volume rongga antara 0,05-0,30 cm3/gram dan dapat
dipanaskan smpai 600oC tanpa harus kehilangkan mampu adsorbsi dan
regenerasinya (Ambarita, 2008).

Gambar
3.3. Zeolit
3.
Karbon Aktif
Karbon aktif, atau disebut sebagai arang aktif, adalah
suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat
besar. Dapat dicapai dengan mengaktifkan karbon tersebut, pengaktifan hanya
bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja, namun beberapa usaha juga
berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif itu sendiri.
Karena memiliki luas permukaan yang sangat besar, maka karbon aktif sangat
cocok digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan luas kontak yang besar seperti
pada bidang adsorbsi, dan pada bidang reaksi dan katalis (Wikipedia, 2015).

Gambar 3.4. Karbon
Aktif
3.3.
Tinjauan
Bahan
A.
Aquadest
-
rumus molekul : H2O
-
berat molekul : 18,02 gram/mol
-
bentuk fisik : cairan
-
densitas : 1 g/cm3
-
titik didih : 100 oC
-
warna : tak berwarna
B.
Natrium Hidroksida
-
rumus molekul : NaOH
-
berat molekul : 40 gram/mol
-
bentuk fisik :
padat
-
densitas : 2,13 g/cm3
-
titik didih : 1390 °C
-
titik lebur : 323 °C
-
warna : putih
C. Asam Oksalat
-
rumus kimia : H2C2O4
-
berat molekul : 90.04 g mol-1
-
bentuk : kristal putih
-
densitas : 1,9 g/cm3
-
titik lebur : 189,5 °C
-
warna : tak berwarna, putih
D.
Indikator Phenolptalein
-
rumus kimia : C20H14O4
-
berat molekul : 318,32 g mol-1
-
bentuk : cair
-
densitas : 1,299 g/cm3
-
titik beku : 258 °C
-
titik lebur : 263 °C
-
warna : kuning muda
E.
Asam Klorida
-
rumus kimia : HCl
-
berat molekul : 36,46 g/mol
-
bentuk fisik : cair
-
densitas :
1,15 g/cm3
-
titik didih : 53 °C
-
titik lebur : -74 oC
- warna : tak berwarna
F.
Karbon Aktif
-
rumus kimia : C
-
berat molekul : 12,01 g/mol
-
bentuk fisik : padat
-
densitas :
0,25-0,60 kg/m3
-
titik didih : 4000ºC
-
titik lebur : > 3500ºC
-
warna :
hitam
3.4.
Alat dan
Bahan
A.
Alat-alat yang digunakan -
batang pengaduk -
Beakerglass -
botol aquadest -
buret -
corong kaca -
Erlenmeyer -
gelas arloji -
karet penghisap -
kertas saring -
labu ukur -
neraca -
pipet tetes -
pipet volume -
statif dan klem -
Stopwatch -
Waterbath |
B.
Bahan-bahan yang digunakan -
Aquadest
(H2O) -
asam klorida (HCl) -
asam oksalat (H2C2O4.2H2O) -
indikator fenolftalein -
karbon aktif -
natrium hidroksida (NaOH) |
3.5. Pembahasan
- Fungsi standardisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi larutan secara praktek, lalu
membandingkan dengan konsentrasi secara teoritis.
-
Berdasarkan pada hasil praktikum, konsentrasi
NaOH yang didapat sebesar 0,073
N berbeda dengan konsentrasi NaOH secara teoritis yaitu 0,1 N. Hal ini
disebabkan karena larutan NaOH memiliki sifat higroskopis (mudah menguap)
sehingga saat ditimbang NaOH telah terkontaminasi oleh udara.
- Adsorben yang digunakan saat praktikum adalah karbon aktif karena sifatnya yang hidrofilik (memiliki daya serap yang sangat besar), khususnya sangat sesuai untuk adsorbsi pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air (misalnya benzena).
3.6.
Kesimpulan
- Pada praktikum ini
memakai larutan HCl sebagai adsorbat dan karbon aktif sebagai adsorben, maka
dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pengocokan maka semakin banyak HCl
yang diserap pada proses adsorbsi, sehingga konsentrasi HCl setelah proses
titrasi akan semakin kecil.
0 Comments