ohayou minna-san, genki desu ka
Pada kesempatan ini minzo akan berbagi mengenai praktikum kimia fisika, praktikum yang dilakukan pada semester II setelah melalui 3 praktikum pada semseter I. Mengingatnya sungguh nostalgia haha, tidur larut ngerjain laporan, matkul yang padat, menentukan jadwal asistensi, waduh kalau diingat sangat menyenangkan rutinitas seperti itu dan bersyukur bisa melewatinya. Buat yang lagi berjuang pada semester awal, jangan pernah menyerah nikmati prosesnya hehe
Setalah sebelumnya BAB Kelarutan Sebagai Fungsi Temperature berikutnya adalah BAB Kristalisasi Garam Dapur, check it out...

5.1.
Tujuan Percobaan
-
Mengetahui
pengertian kristalisasi dan rekristalisasi
-
Mengetahui berat
kristal murni NaCl hasil praktikum
5.2.
Tinjauan Pustaka
Kristalisasi
atau penghabluran (crystallization)
ialah peristiwa pembentukkan partikel-partikel zat padat di dalam suatu fase
homogen. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukkan partikel padat di
dalam uap, seperti dalam hal pembentukkan salju, sebagai pembekuan (solidification) di dalam lelehan cair
sebagaimana dalam pembuatan kristal tunggal yang besar, atau sebagai yang
kristalisasi dari larutan cair (McCabe,1999).
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses
pemisahan yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah
untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah menghasilkan
produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas
kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu:
distribusi ukuran kristal (Crystal Size Distribution, CSD), kemurnian
kristal (crystal purity) dan bentuk kristal
(crystal habit/shape). Pada proses
kristalisasi, kristal dapat diperoleh dari lelehan (melt crystallization) atau
larutan (crystallization from solution). Dari kedua proses ini yang paling
banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari larutan (Setyopratomo, 2003).
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalamproses kristalisasi yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari kristalnya (Rosiawati dkk, 2013).

Teknik
pemisahan dengan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik beku komponen.
Perbedaan itu harus cukup besar, dan sebagainya komponen yang akan dipisahkan
berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya, garam dapat
dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. Air garam bila dipanaskan
perlahan dalam bejana terbuka, maka air akan menguap sedikit demi sedikit.
Pemanasan dihentikan saat larutan tepat jenuh. Jika dibiarkan akhirnya
terbentuk kristal garam (Syukri, 1999).
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan kristalisasi:
a.
Konsentrasi
Larutan
Agar dicapai proses
penempelan yang lebih cepat maka perlu di usahakan agar larutan pada kejenuhan
yang tinggi karena pada keadaan ini kandungan sukrosanya lebih besar
dibandingkan bila pada kejenuhan yang lebih rendah sehingga proses penempelan
pada inti kristal lebih cepat.
b.
Kandungan Kotoran
Adanya kotoran yang
terdapat di dalam bahan akan menyebabkan naiknya viskositas sehingga berakibar
turunnya nilai kemurnian, hal ini akan mengakibatkan rendahnya kecepatan
kristalisasi.
c. Bahan Pemanas
Merupakan bahan yang
sangat diperlukan guna menguapkan air yang dikandung oleh larutan, dapat
menimbulkan sirkulasi yang sangat diperlukan dalam proses kristalisasi.
d. Jenis Alat
Bejana tipe Serpentin
umumnya akan lebih lama waktu masaknya dibandingkan dengan bejana tipe
Alandria, hal ini karena untuk bejana tipe Sepentin membutuhkan tekanan bahan pemanas yang lebih
besar, yang kadang – kadang sulit untuk dapat dipenuhi pada pabrik–pabrik gula
yang lama (Anonim,
2015).
Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurikan dengan zat pengotornya biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan dalam kondisi dingin, konsentrasi pengotor yang rendah tetap dalam larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.
Pada
dasarnya peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapa. Endapan
merupakan zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutan
bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.
Dalam
rekristalisasi, ada tujuh langkah yang dilakukan yaitu: memilih pelarut,
melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan zat padat,
mengkristalkan larutan, mengumpul dan mencuci kristal biasanya menggunakan
filtrasi, mengeringkan produknya/hasilnya (Pinalia, 2011).
Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua
katagori, yaitu pengotor yang ada pada permukaan kristal dan pengotor yang ada
di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaan kristal berasal dari larutan
induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses pemisahan padatan
dari larutan induknya (retention liquid). Pengotor pada permukaan
kristal ini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan
untuk mencuci harus mempunyai sifat dapat melarutkan pengotor tetapi tidak
melarutkan padatan kristal. Salah satu cairan yang memenuhi sifat diatas adalah
larutan jenuh dari bahan kristal yang akan dicuci, namun dapat juga dipakai
pelarut pada umumnya yang memenuhi kriteria tersebut. Adapun pengotor yang
berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara pencucian. Salah
satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah dengan
jalan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian mengkristalkannya
kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi dibandingkan dengan proses
pemisahan yang lain adalah bahwa pengotor hanya bisa terbawa dalam kristal jika
terorientasi secara bagus dalam kisi Kristal (Setyopratomo, 2003).
Kristalisasi memegang peranan yang sangat penting dalam industri kimia. Hal ini mengingat kurang lebih 70% dari produk-produk kimia dihasilkan dalam bentuk kristal. Keuntungan dari menghasilkan produk dalam bentuk padatan antara lain adalah biaya transportasi lebih murah, padatan lebih tahan terhadap kerusakan akibat dekomposisi dan bentuk padatan lebih memudahkan dalam pengepakkan dan penyimpanannya (Setyopratomo, 2003).
5.3.
Tinjauan Bahan
A.
Aquadest
-
Rumus
molekul : H2O
-
Berat molekul : 18,02 g/mol
-
Warna : tidak berwarna
-
pH : 7
B. Kalsium Oksida
-
Rumus
molekul : CaO
-
Berat
molekul : 56,08
g/mol
-
Warna : putih
-
pH : basa
C. Barium Hidroksida Oktahidrat
-
Rumus
molekul : Ba(OH)2.8H2O
-
Berat
molekul : 189,39 g/mol
-
Warna : tidak berwarna
D. Natrium Klorida
-
Rumus
molekul : NaCl
-
Berat
molekul : 58,44 g/mol
-
Warna : putih
-
pH : 7
-
Titik leleh : 801-1437,8 oC
E.
Asam
Klorida
-
Rumus
molekul : HCl
-
Berat
molekul : 36,5 g/mol
-
Warna : tidak berwarna
-
pH : asam
-
Titik didih : 158,58 oC
-
Titik leleh : -62,25 oC (-80 oF)
F.
Ammonium
karbonat
-
Rumus
molekul : (NH4)2CO3
-
Berat
molekul : 96,11 g/mol
- Warna : putih
5.4. Alat dan BahanA.
Alat-alat yang
digunakan:
-
Beakerglass
-
corong
-
gelas ukur
-
pemanas
-
pengaduk
B. Bahan-bahan yang digunakan:
- larutan Ba(OH)2
- larutan HCl 0,1 M
- larutan (NH4)2CO3
- CaO
- garam dapur
- kertas pH
- kertas saring
5.5.
Pembahasan
-
Pada percobaan,
hal yang dilakukan pertama setelah preparasi bahan adalah menimbang 16 gram
garam dapur yang dilarutkan pada 50 mL Aquadest
kemudian dipanaskan sambil diaduk sampai mendidih.
-
Setelah itu tahap
selanjutnya menambahkan 0,2 gram CaO ke dalam larutan garam, larutan ini
disebut larutan 2. Fungsi penambahan CaO pada larutan adalah untuk memperbesar perbedaan daya larut antara
NaCl dan pengotornya, dimana CaO akan menarik ion Cl, sehingga timbul endapan
CaCl2 berwarna putih keruh.
-
Kemudian
menambahkan larutan Ba(OH)2 sampai tidak terbentuk endapan lagi,
fungsi dari Ba(OH)2 adalah untuk
memisahkan ion Cl- dari CaCl2. Lalu menambahkan larutan (NH4)2CO3
yang berfungsi untuk mengikat ion Ba2+ dan Ca2+
yang terdapat dalam larutan secara
berlebih sehingga diperoleh endapan putih.
-
Proses penyaringan
larutan agar diperoleh filtrat. Karena filtrat terlalu bersifat basa maka
ditambahkan larutan HCl tetes demi tetes sampai dipeoleh pH netral. Setelah
didapatkan filtrat yang memiliki pH netral, selanjutnya filtrat diuapkan hingga
kering atau tidak ada lagi uap air. Kemudian, didapatkan kristal murni NaCl
dengan berat 9,67 gram dengan persen rendemen sebesar 60,43%.
5.6.
Kesimpulan
-
Kristalisasi ialah
peristiwa pembentukkan partikel-partikel zat padat di dalam suatu fase homogen.
Kristalisasi dikatagorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien.
Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian.
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut
setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau cocok. Teknik
pemisahan dengan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik beku komponen.
-
Berat NaCl murni
yang didapatkan melalui metode rekristalisasi adalah 9,67 gram dan persentase
rendemen sebesar 60,43%.
0 Comments