konbanwa minna-san, genki desu ka
Pada kesempatan ini minzo akan berbagi mengenai praktikum kimia fisika, praktikum yang dilakukan pada semester II setelah melalui 3 praktikum pada semseter I. Mengingatnya sungguh nostalgia haha, tidur larut ngerjain laporan, matkul yang padat, menentukan jadwal asistensi, waduh kalau diingat sangat menyenangkan rutinitas seperti itu dan bersyukur bisa melewatinya. Buat yang lagi berjuang pada semester awal, jangan pernah menyerah nikmati prosesnya hehe
Setalah sebelumnya BAB Kristalisasi Garam Dapur berikutnya adalah BAB Kalorimeter Sistem Terbuka, check it out...
6.1. Tujuan Percobaan
Memahami teori kalorimetri sistem terbuka beserta pembuktian teorinya.
6.2.
Tinjauan pustaka
Kalorimetri adalah ilmu dalam pengukuran
panas dari reaksi kimia atau perubahan fisik. Kalorimetri termasuk penggunaan
kalorimeter. Kata kalorimetri berasal dari bahasa Latin yaitu calor, yang berarti panas. Kalorimetri
tidak langsung (indirect calorimetry)
menghitung panas pada makhluk hidup yang memproduksi karbon dioksida dan
buangan nitrogen (ammonia, untuk organisme perairan, urea, untuk organisme
darat) atau konsumsi oksigen. Lavosier
(1780) mengatakan bahwa produksi panas dapat diperkirakan dari konsumsi oksigen
dengan menggunakan regresi acak. Hal itu membenarkan teori energi dinamik.
Pengeluaran panas oleh makhluk hidup juga dapat dihitung oleh perhitungan
kalorimetri langsung (direct calorymetry),
dimana makhluk hidup ditempatkan didalam kalorimeter untuk dilakukan pengukuran
(Pramudita, 2012).
Perubahan entalpi dapat ditentukan dengan
cara sederhana. Karena satuan yang dipakai untuk entalpi adalah kalori, maka
alat yang digunakan untuk mengukur perubahan entalpi disebut kalorimeter (Partana,
2009).
Untuk dapat menentukan jumlah panas
secara baik, kalorimetri memerlukan beberapa syarat teknik dan ekonomis, antara
lain:
-
Selama pengukuran, tak boleh ada pertukaran panas dengan
luar sistem
-
Pengukuran harus cukup peka
-
Pengukuran perlu cukup teliti
-
Kalorimeter cukup kuat dan tahan lama.
Jenis-jenis kalorimeter:
1.
Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada
pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan
makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang
tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar
oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung . Kalorimeter bom
terdiri dari tabung baja tebal dengan tutup kedap udara.

Gambar 6.1. Kalorimeter Bom
2.
Kalorimeter sederhana
Kalorimeter sederhana adalah kalorimeter
yang digunakan untuk mengukur kalor reaksi yang berlangsung dalam fase larutan
karena itu disebut juga kalorimeter larutan. Jadi kalorimeter larutan adalah
alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaks kimia
dalam sistem larutan. Pada dasarnya kalor yang dibebaskan/diserap menyebabkan perubahan
suhu per kuantitas pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari sistem larutan
tersebut (Wijanarko, 2013).

Gambar 6.2. Kalorimeter Sederhana
Interaksi antara sistem dan lingkungan
dapat berupa pertukaran materi atau pertukaran energi. Berkaitan dengan itu,
maka sistem dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Sistem
terbuka
Sistem terbuka yakni jika diantara sistem dan lingkungan dapat mengalami pertukaran materi dan energi. Pertukaran materi artinya ada hasil reaksi yang dapat meninggalkan sistem (wadah reaksi), misalnya gas, atau ada sesuatu dari lingkungan yang dapat memasuki sistem, contoh: air panas dalam gelas tanpa penutup.
2. Sistem
tertutup
Sistem tertutup yakni jika diantara sistem
dan lingkungan hanya terjadi pertukaran energi. Contoh: air panas dalam gelas
tertutup.
3. Sistem
terisolasi
Kemudian
sistem terisolasi, yaitu tidak terjadi pertukaran materi maupun energi dengan
lingkungan. Contoh: air panas dalam termos yang telah dimodifikasi (Usmayati,
2010).
Hampir
semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan) energi, umumnya
dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara energi
termal dan kalor. (Chang, 2005).
Kalor
adalah energi yang pindah dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya
rendah. Oleh karena itu, pengukuran kalor menyangkut perpindahan energi. Energi
adalah kekal, sehingga benda yang suhunya tinggi akan melepas energi QL dan
benda yang suhunya rendah akan menerima energi QT dengan besar yang
sama. Apabila dinyatakan dalam bentuk Persamaan, maka:
QL
= QT...........................................................(6.1)
Atau dapat juga Dalam sebuah Persamaan
matematis dan dalam keadaan ideal dimana tidak ada zat lain yang terlibat dalam
proses ini, maka azas Black juga dapat dituliskan sebagai berikut :
(Wijanarko, 2013).
QA = QB.........................................................(6.2)
MA . CA . ΔtA = MB
. CB .ΔtB........................................(6.3)
MA . CA . (tA – tc ) = MB . CB . (tc – tB)................................(6.4)
Pengukuran
kalor jenis dengan kalorimeter didasarkan pada asas Black, yaitu kalor yang
diterima oleh kalorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari
kalor jenisnya. Hal ini mengandung pengertian jika dua benda yang berbeda
suhunya saling bersentuhan, maka akan menuju kesetimbangan termodinamika. Suhu
akhir kedua benda akan sama (Pramudita, 2012).
Kalor
jenis suatu benda didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 1 kg suatu suatu zat sebesar 1 K. Kalor jenis ini merupakan
sifat khas suatu benda yang menunjukkan kemampuannya untuk menyerap kalor pada
perubahan suhu yang sama. Menurut definisi, kalor jenis c dapat dinyatakan
dalam Persamaan matematis sebagai berikut:
Q = m . c .
∆t........................................................(6.5)
Dimana:
Q =
kalor yang diserap atau dikeluarkan (Joule)
m =
massa zat pereaksi (kg)
c =
kalor jenis (J/kg K)
∆t = perubahan suhu
Aplikasi kalorimeter dalam kehidupan
sehari-hari adalah setrika listrik, rice
cooker, microwave, pengasap ikan,
pemanas air listrik dan lain-lain. Alat-alat itu mempunyai prinsip kerja yaitu
energi listrik yang diubah menjadi energi kalor. Seperti kalorimeter, yang
mempunyai prinsip energi listrik diubah menjadi energi kalor dan diukur menggunakan
kalorimeter sehingga energi listrik, energy kalor dan nilai kesetaraan
kalor-listrik dapat dihitung (Wijanarko, 2013).
6.3. Tinjauan Bahan
A.
Aquadest
- Bau :
tidak berbau
- Bentuk :
cair
- Berat molekul :
18,02 g/mol
- Densitas :
1 g/cm3
- pH :
7
- Rumus kimia :
H2O
- Titik didih :
100 oC
- Titik lebur :
0 °C
- Warna :
tidak berwarna
B.
Asam klorida 32%
- Bentuk :
cair
- Berat molekul :
36,46 g/mol
- Densitas :
1,16 g/cm3
- Rumus kimia :
HCl
- Titik didih :
77,57 oC
- Titik lebur :
-44,21 °C
- Warna : tidak berwarna sampai dengan kuning pucat
C.
Natrium Hidroksida
- Bau :
tidak berbau
- Bentuk :
padat
- Berat molekul :
40 g/mol
- Densitas :
2,13 g/cm3
- pH :
14
- Rumus kimia :
NaOH
- Titik didih :
1390 oC
- Titik lebur :
318 °C
- Warna : putih
6.4. Alat dan Bahan
A.
Alat-alat yang
dibutuhkan - batang pengaduk - Beakerglass - Erlenmeyer - gelas arloji - karet penghisap - labu ukur - penangas air - peralatan sistem - pipet volume - thermometer |
B.
Bahan-bahan
yang digunakan: -
Aquadest (H2O) -
natrium
hidroksida (HCl) -
asam klorida
(NaOH) |
6.5.
Pembahasan
A.
Kalibrasi
Alat
- Pada
saat memasukkan VS1 sebanyak
25 mL air dingin dengan suhu normal kedalam kalorimetri bagian sistem dimana TS1
28 °C. Yang kedua memasukkan VL
sebanyak 50 mL air dingin kebagian lingkungan didapat TL1 28 °C.
- Pemanasan
pada VS2 sebanyak 25 mL air dengan suhu normal dan dinaikkan
temperaturnya sampai naik 10 °C dari suhu normal (TS2). Lalu
mencampurkan TS2 dengan TS1 ke dalam sistem dan mengaduk
keduanya hingga tercampur.
- Suhu campuran didalam sistem ke dalam campuran TS2 dengan TS1 disebut sebagai TS3 yang suhunya sebesar 32 °C.
- Pada praktikum di proses kalibrasi ini terbukti teori hukum azaz black, dimana Qterima = Qlepas
B. Penentuan
Perubahan Entalpi Penetralan
-
Pertama
memasukkan 50 mL air dingin terhadap lingkungan didapat temperatur awal 28 °C.
- Pengukuran
awal temperatur NaOH didapat 30 °C sebanyak 25 mL dan Pengukuran awal
temperatur HCl didapat 29 °C sebanyak 25 mL.
- Pencampuran
antara larutan NaOH dan HCl, aduk hingga homogen dan didapat temperatur
campuran sebesar 33 °C (temperatur sistem), dan 29 °C temperatur lingkungannya.
6.6. Kesimpulan
Dapat memahami tentang kalorimetri antara
sistem terbuka beserta pembuktian teori tentang kalorimetri, dimana pada sistem
ini energi maupun materi dapat dipertukarkan secara bebas dengan lingkungannya. Jadi, didapatkan perubahan entalpi penetralan (ΔHn) = -29063,9832 J/mol.
0 Comments