Konbanwa minna-san, genki desu ka.
so yeah, dikesempatan kali ini minzo akan berbagi mengenai laporan praktikum KA atau biasa yang dikenal dengan Kimia Analisa. Bagi mahasiswa Tekkim pastinya ga asing dengan praktikum ini hehe, kalau di kampus minzo praktikum KA dilaksanakan ketika semester 1 dan itu setelah praktikum mikrobiologi industri. Semoga dapat memberi gambaran yaaaa
1.1.
Tujuan Percobaan
-
Membuat larutan standart NaOH 0,1 N
-
Standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
-
Menentukan kemurnian asam cuka yang
diperdagangkan.
1.2.
Tinjauan Pustaka
Asidi-alkalimetri
termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari
asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi
proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Asidimetri
merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa senyawa yang
bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakana
penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Titrasi
adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar
yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan yang konsentrasinya
telah diketahui secara pasti (larutan standar), ditambahkan secara bertahap ke
larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua
larutan tersebut berlangsung sempurna. Sebelum basa ditambahkan harga pH adalah
larutan asam kuat, sehingga pH < 7 dan ketika basa ditambahkan sebelum titik
ekivalen, harga pH ditentukan oleh asam lemah. Pada titik ekivalen jumlah basa
yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen terhadap jumlah asam yang ada.
Oleh karena itu pH ditentukan oleh larutan garam (pH=7). Titik ekivalen dalam
titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan secara stokiometri
(Sudjadi,
2011).
Reaksi-reaksi yang digunakan untuk proses
titrasi
1. Asam basa.
Terdapat banyak asam dan basa yang ditentukan dengan titrimetri.
Jika HA merupaka asam yang ditentukan dan BOH basanya, reaksinya adalah
HA + OH- → A- + H2O dan
BOH + H3O+ → B+ + 2H2O
Titran biasanya merupakan larutan standartd elektrolit kuat,
seperti natrium hidroksida dan asam klorida.
2. Oksidasi reduksi (redoks)
Reaksi-reaksi kimia yang menyakut oksidasi reduksi secara luas
digunakan dalam analisa titrimetrik. Misalnya, besi, dalam keadaan oksidasi +2
dapat dititrasi dengan suatu larutan standar seium (IV) sulfat:
Fe2+
+ Ce4+ → Fe3+
+Ce3+
Pengoksidasi lain yang secara luas digunakan sebagai suatu titrant
adalah kalium permanganat, KMnO4. Reaksinya dengan besi (II) dalam larutan asam
adalah
5Fe2+
+MnO4- + 8H+ → 5 Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
3. Pengendapan
Kation perak dengan anion halogen merupakan prosedur titremetrik
yang digunakan secara luas. Reaksinya adalah
Ag+
+X- → AgX(S)
Dengan X- yang
mungkin ion klorida, bromida, iodida, atau tiosianat (SCN-)
4. Pembentukan
kompleks
Sebuah contoh
reaksi yang mnghasilkan suatu kompleks stabil adalah antara ion-ion perak dan
sianida:
Ag+
+ 2 CN- → Ag (CN)2-
Reaksi ini
merupakan dasar dari apa yang disebut cara liebig untuk menentukan sianida.
Pereaksi organik tertentu seperti asam etilen diamin tetra asetat (EDTA),
membentuk kompleks stabil dengan sejumlah ion metal dan digunakan secara luas
untuk penentuan titremetrik logam-logam ini (Underwood, 1993).
Jika sejumlah kecil volume asam kuat atau basa kuat ditambahkan
pada basa lemah atau asam lemah maka nilai pH akan meningkat secara drastis
disekitar 1 unit pH, di bawah atau di atas nilai pKa. Sering kali pelarut
organik yang dicampur dengan air seperti etanol ditambahkan untuk melarutkan
analit sebelum dilakukan titrasi.
Beberapa asam atau basa dapat memberikan atau menerima lebih dari
asatu proton karenanya 1 mol analit ekivalen dengan lebih dari 1 mol titran.
Jika nilai pKa gugus-gugus yang bersifat asam atau basa berbeda dari kurang
lebih 4 maka senyawa tersebut mempunyai lebih dari satu titik infleksi. Natriu
karbonatn merupakan garam dari asam karbonat dapat menerima 2 proton.
Niai-nilai pKa karbonat (pKa 6,38) dan bikarbonat (pKa 10,32) . ada 2 tahapan
titrasi yang terjadi pada natrium karbonat yaitu:
Tahap 1 CO32- + H+ → HCO3
Tahap 2 HCO3 + H+ → H2CO3
Dari
reaksi-reaksi kimia yang sangat banyak dan terkenal relatif sedikit dapat
digunakan sebgai dasar titrasi. Suatu reaksi harus memenuhi persyaratan
tertentu sebelum digunakan:
-
Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan
reaksi kimia tertentu. Harus tidak ada reaksi samping.
- Reaksi harus berlangsung sampai benar-benar
lengkap pada titik ekivalen. Cara lain untuk mengatakan ini adalah bahwa
tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar.
- Beberapa cara harus tersedia untuk
menentukannya apabila titik ekivalen dicapai. Suatu indikator harus ada atau
beberapa cara instrumental adapat digunakan untuk mengatakan kepada analisis
bila harus berhenti dengan penambahan titrant.
- Diharapkan bahwa reaksi berlangsung cepat
sehingga titran dapat berlangsung lengkap dalam beberapa menit.
Semua
perhitungan didalam titremetri didasarkan pada konsentrasi titran sehingga
konsentrasi titran harus dibuat secara teliti. Titrant semacam ini disebut
dengan lautan baku (standar) konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai normalitas,
molaritas, atau bobot per volume.
Suatu larutan
standar dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang
sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara tepat dalam volume larutan yang
diukur dengan tepat. Larutan standar ada dua macam yaitu larutan baku primer
dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer mempunyai kemurnian yang tinggi.
Larutan baku sekunder harus dibakukan dengan larutan baku primer disebut dengan standarisasi .
Suatu senyawa
dapat digunakan sebagai baku primer jika memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
-
Mudah didapat, dimurnikan, dikeringkan dan
disimpan dalam keadaan murni.
- Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi (100 ±
0,02)% atau dapat dimurnikan dengan penghabluran kembali
-
Tidak berubah selama penimbangan (zat yang
higroskopis bukan merupakan baku primer)
-
Tidak terosidasi oleh O2 dari udara
dan tidak berubah oleh CO2 dari udara
-
Susunan kimianya tepat sesuai jumlahnya
-
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi, sehingga
kesalahan penimbangan akan menjadi lebih kecil
- Mudah larut
- Reaksi dengan zat yang ditetapkan harus stoikiometri, cepat, dan terukur (Sudjadi, 2011).
Proses yang
kita gunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan dikenal
sebagai standarisasi. Suatu larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari
sejumlah contoh solut yang diinginkan yang secara teliti ditimbang, dengan
melarutkannya kedalam volume larutan yang secara teliti diukur volumnya. Cara
ini biasanya tidak dapat dilakukan, akan tetapi karena relatif sedikit pereaksi
kimia dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis
akan ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini, disebut
standar primer. Suatu larutan lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi
yang pada proses itu ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer.
Reaksi antara
titran dan zat terpilih sebagai standar primer harus memenuhi persyaratan untuk
analisa titremetrik. Selanjutnya standar ptimer harus memenuhi ciri-ciri
berikut:
1.
Dia harus mudah didapat dalam bentuk murni
atau dalam keadaan kemurnian yang diketahui dengan harga yang wajar. Pada
umumnya, jumlah zat pengotor tidak melebihi 0,01-0,02 %, dan harus mungkin
diuji ketidakmurniannya dengan uji-uji yang diketahui kepekaannya.
2.
Zat itu harus tetap. Harus mudah dikeringkan
dan harus tidak demikian higroskopik sehingga menyerap air sewaktu ditimbang.
Tidak harus berkurang beratnya sewaktu terkena udara. Garam-garam hidrat
biasanya tidak dipergunakan sebagai standar primer.
3. Sepatutnya untuk standar primer mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi agar dapat dikurangi konsekuensi kesalahn sewaktu penimbangan (Underwood, 1981).
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubah warna diantara bentuk terionisasinya
dan bentuk tidak terionisasinya. Kisaran penggunaan indikator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa-nya.
Sebagai contoh fenolftalain (PP), mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4-10,4). Struktur
fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran ph ini karena proton dipindahkan dari struktur
fenol dari pp sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna (Sudjadi, 2011).
Metil Orange (MO) mempunyai pKa 3,7 (perubahan warna antara pH 2,7
dan pH 4,7), mengalami hal yang serupa terkait dengan perubahan warna yang
tergantung pada pH. Keduan indikator ini berada pada kisaran titik balik (titik
infleksi) pada titrasi asam kuat dan basa kuat.
1. Indikator
asam basa
Indikator asam basa adlah zat yang merubah
warnanya atau membentuk flouresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH
tertentu. Indikator asam basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH.
Zat-zat indikator dapat berupa asam arau basa, larut, stabil dan menunjukan
perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna
disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator memepunyai
tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukan warna pada range
pH yang berbeda.
Indikator asam-basa secara garis besar dapat
diklasifikasikan dalam tiga golongan:
-
indikator fetalein dan indikator sulfoftalein
-
indikator azo
- indikator trifenilmetana.
2.
Indikator campuran
Pada titrasi H3PO4
oleh basa kuat ataupun NaHCO3 oleh asam, pengendalian pH yang
seksama mutlak diperlukan. Untuk titrasi demikian indikator campuran yang
berubah warnanya pada range pH yang sempit sangatlah bermanfaat. Contohnya
campuran bromokresol gren (pK 4,9) dan metilred (pK 5) memberikan transisi yang
tajam pada pH = 5,1 yaitu berwarna abu-abu yang disebabkan hasil komplementer
ari kedua indikator.
3.
Indikator Flouroscene
Indikator asam basa tidak dapat digunakan pada larutan yang warnanya pekat atau larutan yang keruh.
Untuk larutan tersebut biasanya menggunakan indikator yang menunjukan pendar-flour (flouroscene),
misal α-naftilamin. Indikator ini menunjukan pendar-flour pada sinar ultraviolet. Kelebihan indikator
ini adalah pengamatan titik akhir titrasi sangat mudah meskipun warna titrannya sendiri cukup kuat,
bahkan seorang yang buta warna dapat mengamati proses pendar-flour ini (Khopkar, 1990).
1.3.
Tinjauan Bahan
A.
Aquadest
-
Rumus kimia : H2O
-
Bentuk : cairan
-
Bau : tidak
berbau
-
Berat molekul : 18,02 g/mol
-
Warna : tidak
berwarna
-
Ph : 7
-
Titik didih : 100 0C
(212 0F)
-
Titik leleh : -
B.
Asam Asetat
-
Rumus molekul : CH3COOH
-
Berat molekul : 60.05 g/mol
-
Bentuk : cairan
-
Warna :
tak berwarna
-
Bau :
menyengat
-
pH : 2,4
C.
Asam Oksalat
-
Rumus molekul : H2C2O4
-
Bentuk : padatan
-
Bau : tidak
berbau
-
Berat molekul : 90.04g/mol
-
Warna : putih
-
pH : -
-
Titik didih : -
-
Titik leleh : 189,5 0C
(373.1 0F)
D.
Natrium Hidroksida
-
Rumus kimia : NaOH
-
Bentuk : padatan
-
Bau : tidak
berbau
-
Berat molekul : 40 g/mol
-
Warna : putih
-
pH : 13,5
-
Titik didih : 1388 0C
(2530,4 °F)
-
Titik leleh : 323 0C
(613,4 °F)
E.
Phenolphthalein
-
Bentuk : cairan
-
Bau : tidak
berbau
-
Berat molekul : -
-
Warna : tidak
berwarna
-
pH : -
-
Titik didih : 78.50C
(173.30F)
-
Titik leleh : -114.10C
(-173.40F)
1.4.
Alat dan Bahan
A.
Alat-alat yang digunakan: B. Bahan-bahan yang digunakan:
-
Beakerglass - Aquadest
-
buret -
asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
-
corong kaca -
asam cuka (CH3COOH)
-
Erlenmeyer - Phenolptalein (C14H14O4)
-
gelas arloji
-
gelas ukur
-
pipet tetes
-
pipet volume
-
karet penghisap
-
batang pengaduk
-
botol aquades
-
neraca analitik
-
lebu ukur
-
penjepit kayu
- Statif dan klem
1.5. Kesimpulan
- Setelah
melakukan standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat didapatkan normalitas NaOH
sebesar 0,191 N
- Setelah melakukan percobaan didapatkan kadar
asam didalam Asam Cuka yang diperdagangkan sebesar 12, 608 %.
0 Comments