Yap
setelah mereka berjumpa singkat cerita mereka dikaruniai anak dan perlu sobat
tau anak yang lahir selalu kembar, laki-laki dan perempuan. Masih ingat dong
tentunya nama anaknya hihi, Qabil, Habil, Iklima, dan Labuda. Qabil yang
memiliki sikap kasar, sementara Habil bersikap santun dan Iklima tumbuh menjadi
gadis yang cantik sedangkan Labuda biasa-biasa saja. Setelah beranjak dewasa
masing-masing sudah memiliki ketertarikan kepada lawan jenis. Allah kemudian
memberikan petunjuk kepada Adam agar menikahkan mereka dengan catatan tidak
boleh dinikahkan dengan saudara kembarnya yang berarti Qabil dengan Labuda dan
Habil dnegan Iklima. Akhirnya Nabi Adam menyampaikan hal tersebut kepada
anak-anaknya namun Qabil menolaknya, Ia bersikeras ingin Bersama dengan Iklima
(adik kembarnya), dia hanya ingin menikahi Iklima dikarenakan dia cantik
sementara Labuda biasa-biasa saja menurut Qabil dialah yang pantas menikahi
Iklima. Keadaan ini tentunya membuat Nabi Adam berpikir bagaimana jalan
keluarnya, akhirnya Nabi Adam mendapatkan solusinya. Menurut Nabi Adam,
persoalan jodoh harus diserahkan kepada Allah, apapun keputusan dari Allah,
semua harus pasrah.
Adam
mengusulkan agar Qabil dan Habil berkurban, nantinya kurban yang diterima
itulah yang akan menikahi Iklima. Mereka berduapun setuju. Kemudian
masing-masing mempersiapkan diri dimana Qabil mengurus lading sementara Habil
menggembalakan hewan ternaknya. Hari yang ditentukan akhirnya tiba, lading yang
subur yang ditanami gandum oleh Qabil sangat lebat namun dirinya sengaja
memilih gandum yang kurang baik yang dijadikan untuk kurban, disisi lain Habil
memilih kambing yang paling baik untuk dikurbankan. Mereka berduapun membawa
hasil jerih payah mereka ke sebuah bukit, hal tersebut disaksikan oleh keluarga
mereka. Selang beberapa saat, terlihat api besar turun dari langit, api
tersebut menyambar kambing. Habil bersyukur atas hal tersebut. Dalam waktu
singkat api melahap kambing tersebut sedangkan gandum Qabil masih utuh hal
tersebut disebabkan dari perilaku Qabil yang kikir karena memilah gandum,
harusnya gandum yang dikurbankan adalah gandum yang terbaik. Sesuai
kesepakatan, kurban Habil diterima oleh karenanya ia dapat menikahi Iklima.
Qabil tak dapat menolak, ia menerima hal tersebut walau kecewa. Lambat laun
timbul perasaan dengki pada diri Qabil. Akhirnya Qabil bertekad untuk
menghabisi Habil.
Suatu
ketika Nabi Adam hendak berpergian, sebelum pergi Nabi Adam menitipkan pesan
kepada Qabil untuk menjaga semua anggota keluarga. Qabil pun mengangguk dan
berjanji akan memenuhi permintaan sang ayah, namun didalam hati Qabil terbesit
rasa senang karena mendapat kesempatan untuk membalas dendam (ingat sob, jangan
dengki terhadap keberhasilan seseorang. Hal tersebut dapat menjadi penyakit hati
yang bisa berevolusi menjadi dendam)
Tak
lama setelah Nabi Adam pergi, Qabil menghampiri Habil.
“Aku
hendak menghabisimu Habil!”
“Apa
salah saya? Mengapa kakak hendak menghabisis saya?”
Qabil
pun merespon dengan penuh kebencian “karena engkau telah merebut Iklima”
“Allah
yang menentukan kak, saya hanya berusaha” saut Habil
“Saya
juga berusaha!” bentak Qabil.
“Ketahuilah
kak, Allah hanya menerima kurban dari orang yang berhati tulus. Orang yang
berhati tulus akan memilih kurban yang paling baik. Kenapa kakak memilih gandum
yang busuk. Jelas saja kurban kakak tidak diterima.”
Qabil
terus saja menjawab dengan penuh kebencian, Habil hanya bisa terus mengingatkan
kepada sang kakak. “Sadarlah kak. Kakak jangan teperdaya oleh setan. Ingat,
setan adalah musuh kita. Setan telah mengakibatkan ayah dan ibu keluar dari
surga. Berpikirlah sebelum bertindak. Jangan sampai kakak menyeseal kelak.”
“Diam!
Aku akan menghabisi dirimu!”
“jika
kakak bersikeras, saya tidak akan membalas. Saya takut kepada Allah. Saya tidak
akan melakukan perbuatan zalim. Semua saya serahkan kepada Allah.”
Nasihat
dari Habil tak didengar oleh sang kakak, iblispun tidak menyiayakan kesempatan
ini. Iblis terus membisikan kejahatan. Sebenarnya, Qabil sendiri kebingungan,
ia tak tau bagaimana cara menghabisi sang adik. Saat Qabil kebingungan, Iblis
pun menjelma dihadapan dirinya. Iblis mencontohkan menghantam kepala seekor
burung dengan batu. Darah segar muncrat. Kepala burung itu pecah. Sesaat,
burung itu menggelepar-gelepar lalu mati. Qabil mendaoat ide, sekarang ia tahu
apa yang harus dilakukan. Tinggal menunggu saat yang tepat. (Ingat sob, selama
perbuatan tersebut masih belum kita lakukan, malaikat masih belum mencatat
perbuatan tidak baik walaupun sudah ada berpikiran untuk melakukan hal tersebut.
Beda dengan niat baik, malaikat akan langsung mencatat hal tersebut)
Saat
itu, Habil sedang tidur. Qabil menghampiri adiknya, batu besar meghantam kepala
Habil, tak lama kemudian Habil akhirnya meninggal. Bingung, hal tersebut
dialami oleh Qabil setelah menghabisi sang adik. Tak tahu apa yang harus
dilakukan terhadap mayat adiknya sampai akhirnya mengeluarkan bau busuk.
Beberapa lama kemudian, datanglah dua ekor burung gagak. Kedua burung ini
berkelahi dimana salah satunya akhirnya mati. Si pemenang menggali tanah dengan
cakarnya. Setelah cukup dalam, bangkai gagak tersebut dimasukkan. Melihat hal
tersebut Qabil termenung. Ia baru menyadari kedunguannya.
“Bodoh
sekali aku ini! Masa aku kalah pintar dengan burung gagak itu.”
Qabil
akhirnya menggali sebuah lubang dan akhirnya memasukan mayat adiknya kedalam
lubang tersebut. Beberapa hari kemudian sang ayah pulang. Ia ingin segera
bertemu dengan keluarganya. Terbayang keluarganya hidup rukun. Sampai dirumah
anggota keluarga berkumpul untuk bertemu Nabi Adam namun Habil tak kunjung
tiba. Nabi Adam akhirnya bertanay kepada Qabil dimana adiknya Habil. Ayahnya
bertanya kepada Qabil, “kamu yang diberi amanat untuk menjaga semua anggota
keluarga,kan? Kemana Habil?” Sontak Qabil menjawab “Saya tidak tahu. Saya tidak
menjaga Habil setiap saat.”
Dalam
hati Nabi Adam terbesit telah terjadi suatu hal, namun harus kemana mencari
Habil?
Akhirnya
Nabi Adam mengetahui bahwa Habil telah dihabisi oleh Qabil. Adam sangat
berduka. Tega nian sang kakak, disuruh menjaga malah membunuh. Gara-gara
dengki, hubungan keluarga jadi rusak. Sungguh menyedihkan, setan telah
memanfaatkan kesempatan tersebut.
Nabi
Adam hanya bisa berserah diri kepada Allah. Semua ia terima sebagai
kehendak-Nya. Kepedihan ia hadapi dengan kesabaran, bahkan ia tetap memohonkan
ampunan untuk anaknya, Qabil.
Segini dulu ya sobat, writernya ujian dulu (doain ya ini semester 6). Insyalaah akan diupdate setiap hari rabu dan sabtu. Sehat selalu sobat hehe
Terima
kasih kepada penulis asli: M. Zaka Alfarisi, saya membaca buku ini sewaktu SD.
Saya hanya menulis ulang dengan Bahasa saya sendiri. Semoga kebaikan yang saya
niatkan mengalir kepada penulis awal yang sudah duluan memberikan saya ilmunya
(Sobat sekalian jangan lupa untuk beli buku karangan beliau ya hehe)